Di antara fitnah yang paling mematikan keberagamaan umat
ini adalah, munculnya para ulama’ su’. Ulama’ su’ adalah
ulama’ jahat.
Dikatakan jahat, karena mereka bukannya menunjukkan
jalan yang benar kepada umat, namun justru rakus kepada
kehidupan dunia.
Dan akhirnya mereka menjual agamanya untuk kemaslahatan
dunianya. Kadang mereka lebih fasih dan lebih mudah untuk
diterima penjelasannya.
Bahkan metodenyapun juga berfariasi sehingga ummat
banyak yang tertarik terhadap mereka. Ketertarikan itulah
yang kemudian menjadikan sebagian umat ini ngefans
terhadap para ulama’ su’ tersebut.
Padahal mereka pada hakekatnya di atas kesesatan. Tentang
mereka ini, Rasululloh saw bersabda :
Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia
dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju
dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati
mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati
mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan
kedudukan). Alloh berfirman, “Apakah dengan-Ku kalian
tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi Diriku, Aku
bersumpah. Aku akan mengirim bencana dari antara mereka
sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi
kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak
mampu melepaskan diri darinya.” (HR: Tirmidzi)
Apabila manusia ini dibuat ranking, maka ulama su’ adalah
manusia yang menduduki rangking yang paling rendah, paling
buruk dan paling merugi.
Semua itu dikarenakan ia mengajak kepada kejahatan dan
kesesatan, padahal ia tahu mana yang benar dan mana yang
salah.
Yang lebih parah lagi, ia mampu menyuguhkan keburukan
dalam bentuk kebaikan.
Ia sanggup membungkus kebatilan dengan couver sebuah
kebenaran.
Ada kalanya, karena menjilat para penguasa dan orang-
orang dzalim lainnya untuk mendapatkan kedudukan,
pangkat, pengaruh, penghargaan atau apa saja dari
perhiasan dunia yang ada di tangan mereka.
Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil
Dajjal.
Apa perbedaannya ?
Sebenarnya tidaklah sulit untuk membedakan antara ulama’
yang jujur dengan ulama su’ para pengekor penguasa. Ulama’
yang baik, entah mereka berada di tempat yang terpencil,
atau di dalam penjara taghut dan tempat-tempat yang lain,
umat ini akan melihat mereka senantiasa komitmen terhadap
diin ini.
Tapi sebaliknya, umat ini akan melihat para ulama’ su’ selalu
menjual kehidupan akhirat untuk mendapatkan sedikit dari
kehidupan dunia.
Mereka nentiasa berada di pintu-pintu penguasa tiran.
Sebagaimana perkataan hudzaifah ra :
Jika kalian melihat seorang ‘alim berada di pintu penguasa,
maka tertuduhlah dinnya. Maka tidaklah mereka [para
ulama’] mengambil sebagian dari dunia mereka [penguasa],
kecuali pera penguasa tersebut akan mengambil dari din
mereka [ ulama’] secara sebanding.
Orang yang ikhlas dan berpandangan jernih akan sangat
mudah membedakan antara ulama’ su’ dan ulama’ yang ikhlas.
Bagaimana kita tidak bisa membedakan antara seorang
ulama’ yang sudah terbukti pengorbananya dan menghabiskan
waktunya untuk berdakwah di jalan Allah swt; dengan
seorang ulama’ yang dipenuhi dengan kenikmatan dan suka
membela kemunkaran?
Ulama’ yang ikhlas berdakwah untuk tegaknya Islam dan
jayanya umat islam.
Ulama’ su’ berdakwah untuk mendapatkan kemewahan dunia,
atas pesanan sponsor.
Ulama’ yang ikhlas akan senantiasa sabar menghadapi
tantangan demi mendapatkan ridlo Allah, sementara ulama’
su’ akan segera berubah sikap demi menyelamatkan diri,
keluarga dan hartanya.
Contoh Ulama’ Ikhlash
Sebagai gambaran yang sangat jelas, marilah kita melihat
Imam Ahmad, beliau adalah salah satu contoh sosok ulama’
yang ikhlas.
Dalam kehidupannya dipenuhi dengan ujian dan bala’ ?.
Beliau pernah dipenjara hanya untuk mempertahankan
sebuah kata, “Al-Qur’an bukan makhluq”.
Padahal beliau bisa mengambil ruhshah untuk mengikuti
penguasa dengan mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah
makhluq. Akan tetapi beliau lebih senang mendapat ujian
karena itu akan meningkatkan derajat di hadapan Allah
Ta’ala.
Marilah kita merenungkan perkataan Ibnu Taimiyah ketika
beliau sedang diuji. Agar menjadi jelas bagi kita jalan para
ulama’ yang sholih
Apa yang diperbuat musuh kepadaku, jika aku dipenjara, itu
sebagai kholwah bagiku, jika aku diusir, itu sebagai plesir
bagiku. Dan jika aku dibunuh, itu sebagai sahid.
Marilah kita lihat juga Sayyid Qutub ketika beliau dipaksa
untuk mencabut perkataannya dan permusuhannya dengan
taghut ketika itu !. beliau berkata :
Sesungguhnya jari tulunjuk yang bersaksi pada Allah dengan
mentauhidkan-Ny a dalam shalat, tidaka akan mau untuk
menulis satu hurufpun yang mengakui hokum taghut.
Inilah jalan para ulama’ yang jujur. Inilah jalan jalannya
para nabi dan para penegak diin ini.
Tidak ada jalan lain, kecuali jalan orang-orang yang jauh
dari tuntunan nabinya.
Sikap kita Ulama’ su’, dalam bahasa lainnya adalah para
penyeru ke pintu neraka, sebagaimana disebutkan di dalam
hadits nabi saw;
“Apakah setelah kebaikan (yang ada kotorannya itu) akan
timbul lagi keburukan?”. Beliau menjawab: “Ya, yaitu para
penyeru yang mengajak ke pintu jahannam. Siapa yang
memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan
kedalamnya”. Aku kembali bertanya; “Wahai Rasulullah,
berikan sifat-sifat (ciri-ciri) mereka kepada kami?”. Beliau
menjelaskan: “Mereka itu berasal dari kulit-kulit kalian dan
berbicara dengan bahasa kalian”. Aku katakan; “Apa yang
baginda perintahkan kepadaku bila aku menemui (zaman)
keburukan itu?”. Beliau menjawab: “Kamu tetap berpegang
(bergabung) kepada jama’atul miuslimin dan pemimpin
mereka”. Aku kembali berkata; “Jika saat itu tidak ada
jama’atul muslimin dan juga tidak ada pemimpin (Islam)?”.
Beliau menjawab: “Kamu tinggalkan seluruh firqah
(kelompok/ golongan) sekalipun kamu harus memakan akar
pohon hingga maut menjemputmu dan kamu tetap berada di
dalam keadaan itu (berpegang kepada kebenaran) “.(HR al-
Bukhari)
Hadits ini memberikan petunjuk kepada kita agar kita
terhindar dari fitnah ulama’ su’.
Jika kita perincikan, petunjuk Rasul itu adalah sebagai
berikut;
Pertama : Senantiasa berpegang pada jama’ah, maksudnya
dalah kebenaran al-Qur’an dan hadits dan kumpulan orang
yang berpegang pada al-Qur’an dan hadits nabi saw.
Kedua : Menjauhi firqah-firqah, khususnya adalah kelompok-
kelomp ok yang dipimpin oleh para ulama’ jahat (su’)
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar