“Andai hidayah itu seperti buah yang bisa ku
beli, maka akan ku beli berkeranjang-keranjang untuk aku bagi-bagikan kepada
orang-orang yang aku cintai.” (Imam Syafi’i)
***
Tentu setiap dari kita menginginkan
semua orang yang kita cintai bisa mendapatkan hidayah,bukan? Tentu setiap dari kita berharap diakhirat nanti dapat berkumpul kembali dengan keluarga dalam Jannah-Nya,bukan?
Tentu setiap dari kita akan sangat
sedih, jika ada orang yang kita sayangi (entah itu ayah, ibu, kakak atau adik,
dan yang lainnya) belum mendapatkan hidayah dari Allah.
Ya. Itu pasti berlaku. Dan aku
sendiri pun merasakannya.
Karena hidayah tidak dapat dibeli. Hidayah
adalah mutiara berharga yang tak setiap insan dapat memilikinya.
Lantas bagaimana kah sikap kita
dalam menghadapi ujian ketika kita merasa disekeliling kita ialah orang awwam,
ketika lingkungan tidak mendukung dalam menjalankan perintah Allah dan
Rasul-Nya. Apakah kita harus mengutuk takdir? Ataukah kita harus lari menjauh
dari kehidupan ini? Meninggalkan orang-orang yang kita sayangi yang sejatinya
hidayah itu belum mereka dapatkan?
Tidak ! jawabannya “tidak”
sahabatku..
“Jika kau
merasa bahwa segala disekitarmu gelap, tidakkah kau curiga bahwa DIRIMULAH yang
dikirim Allah untuk jadi cahaya bagi mereka.”
***
Sahabatku, janganlah kalian berputus asa dalam menegakkan
dien ini. Jangan pula kecewa kalau apa yang kita sampaikan itu diabaikan, atau
bahkan dilecehkan, terlebih lagi jika dakwah ditengah keluarga yang terkadang
itu lebih berat.Coba kita lihat, Nabi Nuh ‘alaihissalam yang tak pernah bosan mengingatkan anaknya yang tersesat, Nuh ‘alaihissalam terus mendo’akan anaknya sampai akhirnya Allah tenggelamkan Kan’an.
Nabi Luth ‘alaihissalam yang tak pernah berhenti mengingatkan istrinya yang membangkang, sampai akhirnya Allah binasakan istrinya bersama kaum Sodom.
Asiah binti Muzahim, tertatih-tatih mengingatkan suaminya Fir’aun hingga akhirnya ia sendiripun dibunuh oleh Fir’aun.
Habil yang tak pernah lelah untuk terus menasehati kakaknya Qabil, hingga akhirnya Habil pun dibunuh oleh Qabil.
Dan kisah para sahabat Rasulullah lainnya, yang menunjukkan bahwa sejatinya dakwah itu memanglah harus menuntut pengorbanan sekalipun itu nyawa yang menjadi taruhan.
***
Tak peduli
seberapa jauh ku harus melangkah..
Yang aku tahu,
AKU HARUS MELANGKAH seberapapun yang aku bisa..
Tak peduli seberapa
kuat lagi aku harus bertahan..
Yang aku tahu,
AKU HARUS BERTAHAN hingga tetes darah
penghabisan..
Tak perduli
seberapa banyak lagi air mata yang harus aku tumpahkan..
Yang aku tahu,
AKU HARUS BERSABAR.. Dengan kesabaran yang indah,
karena aku tahu
bahwa sekarang Allah sedang menggendongku..
Allah memberiku
ujian, untuk meninggikan derajat ku..
Allah meberiku
ujian ini, karena Allah tahu bahwa aku pasti bisa menempuhnya..
“Bayti Jannati” Tekad yang kuat untuk menjadikan rumah ku sebagai surga bagi ku itu selalu aku usahakan segenap kemampuanku. Tidak bisa dengan cara yang ini, aku lakukan dengan cara yang itu, dan aku yakin pasti ada beribu-ribu cara agar dapat membawa cahaya Islam masuk kedalam rumahku.. –Dan Alhamdulillah perjuanganku itu sudah sedikit membuahkan hasil-
Sekarang, yang diperlukan ialah bermain cantik dalam menyampaikan.. Jangan bersikap keras dan kaku dalam berdakwah.. karena sejatinya dakwah itu menginspirasi bukan menghakimi !
Hati yang sudah dipenuhi besarnya rasa cinta kepada Allah, maka takkan lagi mudah merasa merana bila sekedar terluka.. Takkan mudah sedih meski harus merasakan hal yang pedih..
Caci maki dari para pendengki bagai kidung dalam sunyi.. Dan suara sumbangpun bagai indahnya sebuah tembang..
Maka,bersabarlah dan istiqomahlah, karena kejujuran iman haruslah dibuktikan dengan ujian..
Demikianlah sunnatullah yang berlaku untuk hamba-Nya, kejujuran imannya harus dibuktikan dengan ujian yang dihadapinya. Sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur’an,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ
“Apakah
manusia menyangka mereka dibiarkan untuk berkata ‘kami telah beriman’ padahal
mereka belum diuji. Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka Allah
telah mengetahui siapa saja yang jujur dan siapa saja yang dusta (dalam
imannya).” (QS. Al-Ankabut:2—3)
وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ
وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
“Agar
Allah menguji sesuatu yang ada dalam dada kalian dan melihat yang ada di hati
kalian.” (QS. Ali Imran:154)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa cobaan sesuai dengan kadar keimanan seseorang. Dalam hadits dari Sa’ad bin Abu Waqqash radhiyallallah ‘anhu, dia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling keras ujiannya?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل فيبتلى الرجل على حسب
دينه فإن كان دينه صلبا اشتد بلاؤه وإن كان في دينه رقة ابتلى على حسب دينه فما
يبرح البلاء بالعبد حتى يتركه يمشى على الأرض ما عليه خطيئةِ
“(Orang
yang paling keras ujiannya adalah) para Nabi, kemudian yang di bawahnya dan
yang di bawahnya. Setiap manusia diuji sesuai dengan kadar
agamanya. Jika kuat agamanya maka semakin keras
ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Senantiasa seorang
hamba diuji oleh Allah sehingga dia bisa berjalan di atas permukaan bumi tanpa
mempunyai satu dosa pun.” (HR. At-Tirmidzi, 4:601–602; beliau berkata,
“Hadits ini hasan shahih”; Ibnu Majah, 2:1334;
Ahmad, 1:172,174,180,185; dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani di Silsilah
Shahihah, 1:66 dan Shahih Ibnu Majah, 2:371)
***
@Ri-Sakhi Al-Bashri
Ayo bergabung dengan bolavita ayam tarung bangkok , hanya disini yg bisa depo via
BalasHapusOvo dan tidak ada jam off line nya mempermudah member tidak
perlu ke ATM lagi... dengan promo2 yg sangat menarik tanpa ribet
langsung diberikan ^^
info lbh lanjut :
whatup : +628122222995
BBM: BOLAVITA