"Ingatlah! Sesungguhnya didalam
tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah
seluruh tubuhnya dan jikalau ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya,
tidak lain dan tidak bukan itulah yang dikatakan hati " (HR.
Muttafaq'alaih)
1. Kategori Hati
Islam membagi hati itu menjadi tiga bagian yaitu:
#Pertama
, hati yang bersih. Yaitu hati yang senantiasa mengingat Allah
Subhanahu Wata'ala . Ketika mendengar ayat-ayat Allah bergetar dan
semakin bertambah keimanannya. Hati yang bersih menempatkan cintanya
hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala semata. Ia rela membela atau
melakukan apa saja yang diperintahkan Allah Subhanahu Wata'ala .
Sehingga senantiasa rindu akan perintah-Nya. Hati yang bersih akan kikir
terhadap waktu; ia akan merasa bersalah dan bersedih jika suatu waktu
dirinya lupa atau lalai tidak memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Ia
akan merasa sayang jika waktunya terbuang percuma hanya untuk nongkrong,
ngobrol tak karuan, nonton tv, melamun atau tidur tanpa kenal waktu.
#Kedua
, hati yang mati. Yaitu hati yang keras laksana batu granit. Jauh dari
hidayah dan sulit menerima kebenaran. Nasehat yang diberikan ibarat
angin lalu bahkan dianggapnya merendahkan derajatnya. Ia egois, tidak
mau menerima kritik dari orang lain. Emosional, jika pendapatnya ada
yang membantah. Picik, merasa diri paling benar. Allah Subhanahu
Wata'ala menggambarkan:
"Mereka tuli, bisu, buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan benar." (QS. Al Baqarah ayat 18).
"Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka
apakah kamu beri peringatan atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman.
Allah telah mematikan hati mereka, pendengaran mereka dan penglihatan
mereka. Bahkan semuanya benar-benar tertutup." (Al-Baqarah: 6- 7).
Mereka yang termasuk kelompok ini adalah para pemimpin
dhalim, Yahudi, Nasrani dan mereka yang berkecimpung dalam dunia
kemaksiatan yang menghalang-halangi cahaya Allah.
#Ketiga
, Hati yang sakit. Yaitu hati yang senantiasa gundah gulana, ragu dan
tidak pernah merasakan nikmatnya iman dan Islam. Ibarat orang yang
kehausan di padang pasir, ketika akan minum, ia tak mampu menelan air
karena tenggorokannya sakit.
Orang yang hatinya
sakit, memandang dosa besar seperti debu yang beterbangan, kecil dan
tanpa beban. Padahal seorang muslim tulen, memandang dosanya seperti
duduk di bawah gunung, ia begitu takut jika gunung itu runtuh dan
menimpanya. Semantara orang yang sakit hatinya akan secepat kilat
melupakan dosa-dosa yang diperbuatnya dan tidak pernah berhenti
melanggar aturan Allah Subhanahu Wata'ala .
Orang
yang sakit hatinya tetap gundah gulana ketika lantunan ayat suci
al-Quran dibacakan. Ia tidak menikmati bacaan itu sebagai kalam ilahi.
Jangankan bergetar, mendengarnya pun tidak membikin ia betah. Hal ini
disebabkan dalam hatinya ada penyakit ujub, riya dan takabur sehingga
tidak merasakan kehadiran Allah dalam setiap jengkal hidupnya.
Orang yang sakit hatinya jika mendapatkan suatu permasalahan
akan menemukan pemecahan selain kitab Allah Subhanahu Wata'ala . Ia akan
memutuskan sesuai selera nafsu atau keinginan pemimpinnya yang dlolim.
Ia memang mengakui Islam, tapi begitu takut dengan hukum Islam (Islam
phobi). Mereka lebih menjunjung tinggi dan menyanjung-nyanjung
rekonsiliasi dengan iblis dari pada dengan sesama muslim yang jelas
saudaranya sendiri.
Mereka yang termasuk kelompok ini
adalah segolongan kaum muslimin yang hidup ditengah era globalisasi.
Kehidupan yang telah diracuni sekularisme, hedoisme, palagisme,
Yahudiisme bahkan komunisme. Mereka dengan menegakkan syiar Islam dengan
dalih rekonsiliasi, toleransi, dan saling menghargai. Mereka menebar
"penyakit hati" di masyarakat sehingga mayoritas umat Islam hatinya
berpenyakit.
2. Sumber Penyakit Hati
Berdasarkan keterangan baik dari Al-Quran dan As-Sunah, sumber penyakit hati adalah:
#Pertama , lemahnya akhlak. Ia sering meremehkan dosa kecil sehingga
lambat laun tidak menyesal lagi melakukan dosa tersebut. Dalam
perkembangan berikutnya tidak merasa dosa lagi ketika melakukan dosa
besar.
#Kedua, tidak adanya kehati-hatian (ihtiyat) . Maksudnya
selalu memandang remeh barang subhat. Padahal barang subhat lebih dekat
ke haram (HR. Bukhori). Ia memandang barang subhat itu sama dengan
barang halal.
#Ketiga , terlena dengan kehidupan dunia. Dunia
ini fana namun begitu banyak orang yang merasa akan hidup selamanya.
Sehingga apa yang ia perhitungkan dari untung dan rugi berdasarkan
ukuran keduniaan, bukan keuntungan atau kerugian untuk akhirat kelak.
#Keempat,
takut sengsara. Ketakutan pada yang satu ini sangat dominan dan Islam
pun memahaminya. Namun ketakutan yang berlebihan bisa menjerumuskan
orang pada kehidupan yang menghalalkan segala cara. Takut sengsara
menyebabkan seseorang berani korupsi dan kulosi.
#Kelima
, kepekaan yang berlebihan (perasa). Seseorang yang terlalu perasa akan
mudah tersinggung dan marah serta akan mudah berburuk sangka.Kondisi
hati seperti itu akan sangat mudah dihinggapi syetan. Akibatnya emosi
tak terkendali terjadilah pembunuhan atau tindakan yang menyakiti orang
lain.
Keenam, Menyia-nyiakan waktu. Seseorang yang
menyia-nyiakan waktu berarti telah mengorbankan berbagai kepentingan
untuk bekal di akherat nanti. Ia berpikir bahwa "nanti" masih ada
kesempatan, kemudian "nanti dan nanti lagi" sampai ajal menjemput.
Makanya Rasulullah mengigatkan mengingatkan dalam riwayat Bukhari
Dari Ibnu 'Umar. la berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
pegang dua bahu saya, lalu ia bersabda: ,, Beradalah di dunia
seolah-olah engkau orang asing atau musafir "; dan adalah Ibnu 'Umar
berkata: Ketika engkau masuk pada waktu sore, maka janganlah engkau
tunggu waqtu pagi; dan apabila engkau masuk pada waqtu shubuh, maka ja
nganlah engkau tunggu waqtu petang, tetapi ambillah (kesempatan) dari
shihatmu untuk (saat) sakitmu, dan dari hidup-mu untuk matimu ".
#Mengobati Sakit Hati
Orang mati tidak mungkin kembali lagi kedunia begitu pula
hati yang telah mati akan mustahil dihidupkan kecuali dengan izin dari
Allah Subhanahu wata'ala. Adapun hati yang sakit akan mudah disembuhkan
jika ia berusaha menemukan obatnya. Adapun cara mengobati hati yang
sakit adalah:
#Pertama, Qiyamul lail (shalat malam).
Qiyamul lail adalah di antara praktek sunat yang tidak pernah
ditinggalkan oleh Rasulullah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada
kaistimewaan tersendiri. Qiyamul lail , merupakan bukti penghambaan
murni seorang makhluk kepada Khaliknya. Saat malam sepi, hanya dia dan
kehadiran Allah Subhanahu wata’ala . Allah Subhanahu wata'ala pun
menjanjikan jalan kaluar yang mudah dalam segala urusan jika rajin
mendirikan Qiyamul lail . Seseorang yang rajin mendekatkan diri seperti
ini jelas akan terhindar dari berbagai penyakit hati.
#Kedua, membaca al-Quran. Seseorang yang rajin membaca al-Quran akan
mendapatkan banyak hikmah, diantaranya ketentraman jiwa disamping pahala
yang besar. Al-Quran sendiri merupakan syifaun atau obat bagi segala
penyakit hati.
#Ketiga , dzikrullah atau selalu
mengingat Allah Subhanahu wata’ala . Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa
seorang tidak akan mungkin mencuri di saat ingat Allah Subhanahu
wata'ala . Hal ini berarti, dzikir kepada Allah Subhanahu wata'ala
adalah benteng yang akan menjaga hati kita dari bisikan syetan. Al-Quran
sendiri menjelaskan bahwa syetan tidak akan menggoda pada hamba yang
mukhlis (bersih, damai). Dzikir yang dimaksud di sini cakupannya sangat
luas, bisa berarti lisan bisa juga perbuatan. Dengan lisan yaitu
senantiasa melafalkan kalimat toyibah atau kata-kata yang baik seperti
subhanallah, alhamdulillah, astagfirullah, dll. Dengan perbuatan
misalnya selalu terdorong untuk menolong orang lain, menyingkirkan duri
di jalanan, menjaga kebersihan, dll.
#Keempat ,
memperbanyak amalan sunnah. Semakin banyak amalan sunnah yang dilakukan
berarti memberikan nilai tambah. Dengan memperbanyak amalan sunnah
berarti lebih memadatkan waktu kita dengan praktek yang diridlai Allah
Subhanahu wata'ala . Pahala amalan sunnat juga dapat mengimbangi
dosa-dosa kita.
#Kelima , sabar. Sabar bukanlah
bertopang dagu dengan menyerahkan segalanya pada nasib. Sabar adalah
berjuang, bekerja keras tanpa henti dan tanpa putus asa sambil tetap
bertawakal kepada Allah Subhanahu wata'ala . Meraka yang sabar akan
berani hidup di jalan Allah Subhanahu wata'ala apapun kendalanya,
prinsipnya, hidup mulia atau mati syahid ('isy Kariman aomut syahidan) .
Seseorang yang sabar, tetap hidup sejahtera lahir bathin sekalipun
krisis terus mendera karena katekunan yang dimiliki orang sabar akan
mengirimkannya pada kahidupan yang layak.
"Sungguh
bahagia orang yang selalu mensucikan jiwanya dan celakalah orang yang
selalu mengotori jiwanya. (QS. Asy-Syams).
Semoga Allah
Subhanahu wata'ala senantiasa melindungi hati kita dari berbagai virus
modern yang mencemari hati kita. Kepada Allah kita bertawakal dan hanya
kepadanya kita kembali.
Wallahu a'lam Bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar