bintang

Kamis, 25 September 2014

Cerpen: ~Semua Tentang Bintang~

Lebih baik bintang tidak pernah muncul dilangit. Daripada setelah muncul, bintang harus pergi meninggalkanku. Lebih baik bintang tidak pernah menampakkan sinar padaku. Daripada setelah melihat, bintang harus sirna dihadapanku. Lebih baik aku tidak pernah tahu akan bintang. Lebih baik aku tidak pernah kenal semua tentang bintang. Daripada aku harus melupakan bintang. “TIDAK !!!” gema teriakkan ku dalam ruangan pribadiku. “Aku benci bintang, dan semua tentang bintang.” lanjutku. “Leri? Leri? Ayo, kemari. Coba lihat sini, malam ini langitnya cerah sekali.” Teriak mamaku dari teras rumah yang tingkat suaranya melebihi suaraku. Aku tahu, yang mama maksud adalah bintang. Yah, ia ingin mempamerkan cahaya indah yang ada dilangit malam itu kepadaku. “iya ma, bentar.” dengan nada terpaksa aku menjawabnya. “Ma, mama tahu kan aku itu...” perkataanku terhenti melihat mama yang begitu bersemangat yang tidak lagi menungguku menghampirinya. “iya,iya, mama tahu. Ayo kita keluar dulu ya Leri sayang, anak mama yang paling cantik.” Kata mama sembari menggenggam dan menarik tangan ku menuju teras rumah. “Ayo, coba deh, lihat langit itu.” lanjut mamaku. “apa sih ma? Iya, Leri tahu, ada bintang kan?” kataku perlahan yang akhirnya juga melihat keatas langit. “Bulan?” tanyaku heran. “iya sayang, mama tahu kamu gak suka sama Bintang, maka nya mama kasih lihat Bulan.” Jawab mamaku dengan nada yang serius. “Mama,,,” sahutku dengan nada merengek dan langsung memeluk tubuh mamaku yang langsing itu.  “Sayang, semua ciptaan Allah di dunia ini, semuanya indah. Kenapa kita harus membenci salah satunya? Kenapa harus memaksakan diri untuk tidak mau melihatnya? Dia gak bersalah, dia hadir untuk menghibur hati bukan untuk menyakiti, mama kasih lihat bulan, bukan itu berarti ingin menggantikan bintang. Tidak sayang, bintang dan bulan sama saja. Mereka adalah ciptaan Allah. Nikmat Allah yang sepatutnya untuk kita syukuri.” Lamaku termenung, dan menyelami kata-kata mama hingga mata tak mampu lagi menahan keluarnya air mata.
***
Pagi yang cerah, dengan aktivitas seperti biasa aku melanjutkan kebiasaan setiap sebelum berangkat ke sekolah, tak lupa aku membaca Al-Ma’tsurat. Karena setiap selesai membacanya, aku merasa seperti terlahir kembali dengan semangat yang baru, yang siap cetar gelegar membahana menghadapi hari, agar hari ini harus lebih baik dari hari sebelumnya.
“Selamat pagi anak-anak, ibu ingin memperkenalkan teman baru yang akan belajar bersama dengan kita diruangan ini. Silahkan perkenalkan diri mu nak.” Kata Bu Guru sambil melambaikan tangan menyambut seorang anak perempuan yang masuk kedalam kelasku. “Siapa?” “Eh,,siapa ya dia?” teman-teman yang saling berbisik penasaran. “Perkenalkan, nama ku Bintang.” Terang anak baru itu. “Bintang???” jawabku spontan dengan suara yang mengagetkan seluruh anak dikelas itu, termasuk Bu guru dan anak baru itu. “iya, Leri? Ada yang mau ditanyakan?” sahut Bu guru. “Eng,,,ENGGAK BU”.
Tiba-tiba tubuhku kaku, terdiam, dan membisu. “Ya Allah, ada apa dengan ku?, aku benci dengan semua ini. Aku benci semua tentang Bintang.” Kataku dalam hati.
***
“Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus pindah sekolah? Apa mama mau memindahkan sekolah ku?” komat kamit mulutku tak menentu sambil menendang batu-batu kerikil yang menghadang jalanku. “Hai Leri, pulang sendirian aja? Jalan kaki? Gak dijemput ya? Pulang bareng aku yuk, kebetulan saat perkenalan tadi ternyata rumah kita berdekatan. Aku tetangga baru mu.” Pertanyaan dan pernyataan dari anak baru itu membuat dadaku kian sesak, dan sekarang ia sedang berbicara kepada ku. “Bi,,bi,,,bi,,,,” sahutku sambil terbata-bata. “Bintang” terang anak itu. “Kamu belum ingat jelas namaku ya? Ya udah gakpapa, ayo naik ke atas motorku yang sederhana ini?” sambil menyentuh baju seragam sekolah ku.
Tak ada satu pun kata yang terlontar dari mulutku selama dalam perjalanan ke rumah bersamanya. Namun dia terus berbicara dan bercerita, berharap aku mendengarnya. Aneh, yang kemudian bertambah aneh, hal itu membuat aku bertambah kaku serasa seperti orang yang mendadak sakit Stroek. Dia semakin mirip dengan sahabat ku, Bintang.
“Alhamdulillah, sudah sampai.” Kata nya yang mengagetkanku untuk segera turun dari motornya. Tanpa kata terimakasih dari ku, dengan seulas senyuman dan kata “Assalamu’alaikum” dia berlalu menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku pun langsung berbalik arah dan segera lari menuju rumahku tanpa menghiraukan apapun dan siapapun bahkan orang yang sedang bertamu kerumahku sore itu.
***
Malam ini, aku harus berani melihat bintang. Mama benar, ia adalah ciptaan Allah yang tak sepatutnya untuk ku benci. Malam yang cerah dengan jutaan bahkan miliaran bintang. Tapi, hanya ada satu yang membuat mataku tak lepas untuk terus melihatnya. “Itu kah Bintang Kejora? Bintang Kejora sahabat ku yang saat ini telah berada di Surga.” Kali ini, aku benar-benar dalam keadaan sadar untuk menangis dan berteriak.
“Bintang...” dengan nafas yang tersendat-sendat akhirnya dengan tulusaku bisa mengucapkan kata itu lagi. “Aku akan selalu berada dilangit malam yang cerah untuk menyinari dunia, terkhusus untuk menyinari hati sahabatku tercinta.” Teringatku pada kata-kata terakhir yang ditulis oleh Bintang dalam suratnya untuk ku. Kanker otak yang dideritanya membawa ia pergi untuk selama-lamanya.
“Ya Allah, maaf kan aku. Selama ini aku telah salah dalam bertindak, telah salah dalam melangkah, dan telah salah dalam mengambil keputusan. Tidak seharusnya aku membenci bintang, tidak seharusnya aku melupakan semua tentang bintang, hanya karena ia merahasiakan penyakit yang ia derita kepada ku. Aku telah berprasangka buruk kepadanya. Aku berfikir ia malu dan takut aku tidak mau berteman lagi dengannya jikalau aku mengetahui penyakitnya.
***
Hati-hati ku memasang telinga dari balik dinding agar tidak ketahuan dengan keduanya. “iya bu, saya minta maaf jikalau dengan kepergian anak saya Bintang, membuat hati Leri begitu sakit dan kecewa. Sehingga Leri tidak mau mengenal semua yang berhubungan dengan yang namanya Bintang.” Jelas perempuan berjilbab besar diteras rumah bersama mama ku sore itu. “iya bu, saya bingung sekali dengan kelakuan anak saya Leri, sejak kepergian bintang sebulan yang lalu. Leri spontan berubah dan lebih suka menyendiri.” Sahut mamaku. “Sebenarnya, Bintang bukan mau merahasiakan penyakitnya dari Leri, tetapi Bintang hanya ingin selalu terlihat tegar dan kuat untuk bisa selalu bermain dan tertawa ria bersama Leri, ia tidak mau membuat Leri sedih dan mengkasihaninya. Dan ia tidak mau kebiasaannya terhadap Leri,sahabat dari kecil nya itu berubah hanya karena ketika Leri mengetahui penyakitnya.
”Darah mengalir dengan derasnya, dan jantung berdetak dengan kerasnya dikala mendengar penjelasan itu.
***
Sekarang aku mengerti, “Bintang malam? Tolong sampai kan pada sahabatku Bintang Kejora yang saat ini tengah berada di Surga. Aku mencintainya karena Allah SWT. Aku tidak akan pernah melupakan semua tentang Bintang. Dan sinar Bintang akan tetap selalu menyinari hatiku.”
Segera ku usap air mata diwajahku, dan berlari menuju rumah Bintang tetangga baruku itu dengan membawa sebuah kotak. Ternyata pada saat itu Bintang juga sedang menatap langit malam di depan teras rumahnya,, “Leri juga suka lihat bintang.” Kataku sambil tersenyum, mengagetkan, dan mengalihkan pandangannya untuk segera melihat ku. “Leri?, itu benar Leri? Ada apa datang kemari? Ada yang perlu Bintang bantu?” tanya Bintang heran melihatku yang 180 derajat berubah, sama sekali bukan leri yang seperti ia gonjeng sepulang dari sekolah sore tadi. “iya, bintangnya banyak banget ya?” jawabku sambil berjalan mendekat kearahnya. “silahkan masuk Leri, kita ngobrol didalam rumahku aja yuk?” “Emmh, gak usah gakpapa, Leri cuma mau main sebentar aja kok, ada yang mau Leri sampaikan.” “Oh ya, apa?” tanya Bintang penasaran. “Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih.” “Terimakasih? Untuk apa? Oh, yang kejadian aku mengantarmu pulang sore tadi ya? iya, sama-sama.” Tanya nya lagi dengan nada bersemangat seolah itu maksud yang ingin ku katakan. “bukan,, eh,, iya itu juga.. Tapi lebih tepatnya terimakasih karena kamu tidak marah kepadaku atas sikapku kepadamu disaat hari pertama kamu masuk sekolah tadi.” Jawab ku. “oh ya, ini untuk mu.” Lanjutku sambil menyodorkan sebuah kotak ke tangannya. “Ya udah, sekali lagi terimakasih Bintang. Aku pamit ya, Assalamu’alaikum.” Belum sempat dengan lengkap Bintang menjawab salam ku aku telah berada lagi di teras rumah ku. Aku pun melambaikan tangan kepada nya, dan segera memasuki rumah.
Terimakasih Ya Allah, akhirnya aku mendapati diriku lagi. Dan mulai saat ini, apapun yang akan terjadi aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Aku harus berfikir positif agar Nikmat Allah SWT dapat dengan mudah aku rasakan.
Dan satu hal yang jangan sampai dilupakan, aku tidak boleh mencintai sesuatu apapun itu dan siapapun itu melebihi cintaku kepada Allah SWT. Karena jika aku cinta kepada Dunia, Dunia akan pergi. Jika aku cinta kepada Manusia, Manusia akan mati. Namun jika aku cinta kepada sang Pemilik Cinta yaitu Allah SWT, maka itulah cinta yang sebenarnya cinta.
 ###


Tidak ada komentar:

Posting Komentar