Lebih baik bintang
tidak pernah muncul dilangit. Daripada setelah muncul, bintang harus pergi
meninggalkanku. Lebih baik bintang tidak pernah menampakkan sinar padaku.
Daripada setelah melihat, bintang harus sirna dihadapanku. Lebih baik aku tidak
pernah tahu akan bintang. Lebih baik aku tidak pernah kenal semua tentang
bintang. Daripada aku harus melupakan bintang. “TIDAK !!!” gema teriakkan ku
dalam ruangan pribadiku. “Aku benci bintang, dan semua tentang bintang.” lanjutku.
“Leri? Leri? Ayo, kemari. Coba lihat sini, malam ini langitnya cerah sekali.”
Teriak mamaku dari teras rumah yang tingkat suaranya melebihi suaraku. Aku
tahu, yang mama maksud adalah bintang. Yah, ia ingin mempamerkan cahaya indah
yang ada dilangit malam itu kepadaku. “iya ma, bentar.” dengan nada terpaksa
aku menjawabnya. “Ma, mama tahu kan aku itu...” perkataanku terhenti melihat
mama yang begitu bersemangat yang tidak lagi menungguku menghampirinya.
“iya,iya, mama tahu. Ayo kita keluar dulu ya Leri sayang, anak mama yang paling
cantik.” Kata mama sembari menggenggam dan menarik tangan ku menuju teras
rumah. “Ayo, coba deh, lihat langit itu.” lanjut mamaku. “apa sih ma? Iya, Leri
tahu, ada bintang kan?” kataku perlahan yang akhirnya juga melihat keatas langit.
“Bulan?” tanyaku heran. “iya sayang, mama tahu kamu gak suka sama Bintang, maka
nya mama kasih lihat Bulan.” Jawab mamaku dengan nada yang serius. “Mama,,,”
sahutku dengan nada merengek dan langsung memeluk tubuh mamaku yang langsing
itu. “Sayang, semua ciptaan Allah di
dunia ini, semuanya indah. Kenapa kita harus membenci salah satunya? Kenapa
harus memaksakan diri untuk tidak mau melihatnya? Dia gak bersalah, dia hadir
untuk menghibur hati bukan untuk menyakiti, mama kasih lihat bulan, bukan itu berarti
ingin menggantikan bintang. Tidak sayang, bintang dan bulan sama saja. Mereka
adalah ciptaan Allah. Nikmat Allah yang sepatutnya untuk kita syukuri.” Lamaku
termenung, dan menyelami kata-kata mama hingga mata tak mampu lagi menahan
keluarnya air mata.
***
Pagi yang cerah, dengan
aktivitas seperti biasa aku melanjutkan kebiasaan setiap sebelum berangkat ke
sekolah, tak lupa aku membaca Al-Ma’tsurat. Karena setiap selesai membacanya,
aku merasa seperti terlahir kembali dengan semangat yang baru, yang siap cetar
gelegar membahana menghadapi hari, agar hari ini harus lebih baik dari hari
sebelumnya.
“Selamat pagi
anak-anak, ibu ingin memperkenalkan teman baru yang akan belajar bersama dengan
kita diruangan ini. Silahkan perkenalkan diri mu nak.” Kata Bu Guru sambil
melambaikan tangan menyambut seorang anak perempuan yang masuk kedalam kelasku.
“Siapa?” “Eh,,siapa ya dia?” teman-teman yang saling berbisik penasaran.
“Perkenalkan, nama ku Bintang.” Terang anak baru itu. “Bintang???” jawabku
spontan dengan suara yang mengagetkan seluruh anak dikelas itu, termasuk Bu
guru dan anak baru itu. “iya, Leri? Ada yang mau ditanyakan?” sahut Bu guru.
“Eng,,,ENGGAK BU”.
Tiba-tiba tubuhku kaku,
terdiam, dan membisu. “Ya Allah, ada apa dengan ku?, aku benci dengan semua
ini. Aku benci semua tentang Bintang.” Kataku dalam hati.
***
“Apa yang harus aku
lakukan? Apa aku harus pindah sekolah? Apa mama mau memindahkan sekolah ku?”
komat kamit mulutku tak menentu sambil menendang batu-batu kerikil yang menghadang
jalanku. “Hai Leri, pulang sendirian aja? Jalan kaki? Gak dijemput ya? Pulang
bareng aku yuk, kebetulan saat perkenalan tadi ternyata rumah kita berdekatan.
Aku tetangga baru mu.” Pertanyaan dan pernyataan dari anak baru itu membuat
dadaku kian sesak, dan sekarang ia sedang berbicara kepada ku. “Bi,,bi,,,bi,,,,”
sahutku sambil terbata-bata. “Bintang” terang anak itu. “Kamu belum ingat jelas
namaku ya? Ya udah gakpapa, ayo naik ke atas motorku yang sederhana ini?”
sambil menyentuh baju seragam sekolah ku.
Tak ada satu pun kata
yang terlontar dari mulutku selama dalam perjalanan ke rumah bersamanya. Namun
dia terus berbicara dan bercerita, berharap aku mendengarnya. Aneh, yang
kemudian bertambah aneh, hal itu membuat aku bertambah kaku serasa seperti
orang yang mendadak sakit Stroek. Dia semakin mirip dengan sahabat ku, Bintang.
“Alhamdulillah, sudah
sampai.” Kata nya yang mengagetkanku untuk segera turun dari motornya. Tanpa
kata terimakasih dari ku, dengan seulas senyuman dan kata “Assalamu’alaikum”
dia berlalu menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku pun
langsung berbalik arah dan segera lari menuju rumahku tanpa menghiraukan apapun
dan siapapun bahkan orang yang sedang bertamu kerumahku sore itu.
***
Malam ini, aku harus
berani melihat bintang. Mama benar, ia adalah ciptaan Allah yang tak sepatutnya
untuk ku benci. Malam yang cerah dengan jutaan bahkan miliaran bintang. Tapi,
hanya ada satu yang membuat mataku tak lepas untuk terus melihatnya. “Itu kah
Bintang Kejora? Bintang Kejora sahabat ku yang saat ini telah berada di Surga.”
Kali ini, aku benar-benar dalam keadaan sadar untuk menangis dan berteriak.
“Bintang...” dengan nafas
yang tersendat-sendat akhirnya dengan tulusaku bisa mengucapkan kata itu lagi.
“Aku akan selalu berada dilangit malam yang cerah untuk menyinari dunia, terkhusus
untuk menyinari hati sahabatku tercinta.” Teringatku pada kata-kata terakhir
yang ditulis oleh Bintang dalam suratnya untuk ku. Kanker otak yang dideritanya
membawa ia pergi untuk selama-lamanya.
“Ya Allah, maaf kan
aku. Selama ini aku telah salah dalam bertindak, telah salah dalam melangkah,
dan telah salah dalam mengambil keputusan. Tidak seharusnya aku membenci
bintang, tidak seharusnya aku melupakan semua tentang bintang, hanya karena ia
merahasiakan penyakit yang ia derita kepada ku. Aku telah berprasangka buruk
kepadanya. Aku berfikir ia malu dan takut aku tidak mau berteman lagi dengannya
jikalau aku mengetahui penyakitnya.
***
Hati-hati ku memasang
telinga dari balik dinding agar tidak ketahuan dengan keduanya. “iya bu, saya
minta maaf jikalau dengan kepergian anak saya Bintang, membuat hati Leri begitu
sakit dan kecewa. Sehingga Leri tidak mau mengenal semua yang berhubungan
dengan yang namanya Bintang.” Jelas perempuan berjilbab besar diteras rumah
bersama mama ku sore itu. “iya bu, saya bingung sekali dengan kelakuan anak
saya Leri, sejak kepergian bintang sebulan yang lalu. Leri spontan berubah dan
lebih suka menyendiri.” Sahut mamaku. “Sebenarnya, Bintang bukan mau
merahasiakan penyakitnya dari Leri, tetapi Bintang hanya ingin selalu terlihat
tegar dan kuat untuk bisa selalu bermain dan tertawa ria bersama Leri, ia tidak
mau membuat Leri sedih dan mengkasihaninya. Dan ia tidak mau kebiasaannya
terhadap Leri,sahabat dari kecil nya itu berubah hanya karena ketika Leri
mengetahui penyakitnya.
”Darah mengalir dengan
derasnya, dan jantung berdetak dengan kerasnya dikala mendengar penjelasan itu.
***
Sekarang aku mengerti,
“Bintang malam? Tolong sampai kan pada sahabatku Bintang Kejora yang saat ini
tengah berada di Surga. Aku mencintainya karena Allah SWT. Aku tidak akan
pernah melupakan semua tentang Bintang. Dan sinar Bintang akan tetap selalu
menyinari hatiku.”
Segera ku usap air mata
diwajahku, dan berlari menuju rumah Bintang tetangga baruku itu dengan membawa
sebuah kotak. Ternyata pada saat itu Bintang juga sedang menatap langit malam
di depan teras rumahnya,, “Leri juga suka lihat bintang.” Kataku sambil
tersenyum, mengagetkan, dan mengalihkan pandangannya untuk segera melihat ku.
“Leri?, itu benar Leri? Ada apa datang kemari? Ada yang perlu Bintang bantu?”
tanya Bintang heran melihatku yang 180 derajat berubah, sama sekali bukan leri
yang seperti ia gonjeng sepulang dari sekolah sore tadi. “iya, bintangnya
banyak banget ya?” jawabku sambil berjalan mendekat kearahnya. “silahkan masuk
Leri, kita ngobrol didalam rumahku aja yuk?” “Emmh, gak usah gakpapa, Leri cuma
mau main sebentar aja kok, ada yang mau Leri sampaikan.” “Oh ya, apa?” tanya
Bintang penasaran. “Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih.” “Terimakasih?
Untuk apa? Oh, yang kejadian aku mengantarmu pulang sore tadi ya? iya,
sama-sama.” Tanya nya lagi dengan nada bersemangat seolah itu maksud yang ingin
ku katakan. “bukan,, eh,, iya itu juga.. Tapi lebih tepatnya terimakasih karena
kamu tidak marah kepadaku atas sikapku kepadamu disaat hari pertama kamu masuk
sekolah tadi.” Jawab ku. “oh ya, ini untuk mu.” Lanjutku sambil menyodorkan
sebuah kotak ke tangannya. “Ya udah, sekali lagi terimakasih Bintang. Aku pamit
ya, Assalamu’alaikum.” Belum sempat dengan lengkap Bintang menjawab salam ku
aku telah berada lagi di teras rumah ku. Aku pun melambaikan tangan kepada nya,
dan segera memasuki rumah.
Terimakasih Ya Allah,
akhirnya aku mendapati diriku lagi. Dan mulai saat ini, apapun yang akan
terjadi aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi. Aku harus berfikir
positif agar Nikmat Allah SWT dapat dengan mudah aku rasakan.
Dan satu hal yang
jangan sampai dilupakan, aku tidak boleh mencintai sesuatu apapun itu dan
siapapun itu melebihi cintaku kepada Allah SWT. Karena jika aku cinta kepada
Dunia, Dunia akan pergi. Jika aku cinta kepada Manusia, Manusia akan mati.
Namun jika aku cinta kepada sang Pemilik Cinta yaitu Allah SWT, maka itulah
cinta yang sebenarnya cinta.
###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar