bintang

Sabtu, 20 Desember 2014

Hari Ibu 22 Desember??



Apa sih sejarah dan makna dari Hari Ibu, dan kenapa tanggal 22 desember ditetapkan sebagai hari ibu? Mari kita cari tahu. Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anaknya, maupun lingkungan sosialnya.Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebas tugaskan ibu dari tugas rumah tangga yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.

Hari Ibu diperingati dengan berbagai alasan. Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day dirayakan pada bulan Maret. Hal itu berhubungan dengan kepercayaan mereka memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau mitologi Yunani Kuno. Di negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Belanda, Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu diperingati pada hari Minggu kedua bulan Mei. Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan Perang Saudara di Amerika yang belum berserikat.Sejarah hari ibu telah dikenal pasti sebagai perayaan musim bunga orang-orang Greece, sebagai penghormatan terhadap Rhea, ibu kepada tuhan mereka.

Masyarakat Inggris pada tahun 1600 merayakan hari yang mereka namakan sebagai “Mothering Sunday”. sebagian orang-orang Kristen akan berhenti memakan makanan tertentu karena alasan dogma agama. Mereka beralasan amalan tersebut diciptakan karena sebagai penghormatan mereka terhadap Mother Mary. Mother Mary adalah Maryam, ibu kepada Nabi Isa Alaihissalam atau Jesus yang mereka anggap sebagai tuhan.

Saat hari itu juga, mayoritas rakyat inggris yang fakir dan miskin, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mereka sanggup bekerja jauh meninggalkan keluarganya karena percaya bahwa Jesus akan memberikan kekayaan dan kesenangan dalam waktu itu. Menjelang hari Ahad keempat, mereka diliburkan oleh majikannya, dan pulang ke kampung untuk bertemu dengan ibu. Setiap ibu akan dihadiahkan dengan Mothering Cake atau kue hari ibu untuk merayakan hari tersebut.

Kemudian amalan dan tradisi ini menular ke seluruh dunia dan hingga kini disambut sebagai penghormatan kepada Mother Church. Mother Church dianggap sebagai kuasa spiritual yang agung yang memberi manusia kehidupan dan memelihara mereka dari keterpurukan. Sejak dari itu, perayaan Mothering Sunday telah bercampur aduk dengan upacara keagamaan gerejaan. dan mejadi ritual agama penghormatan mereka terhadap ibu sama taraf dengan penghormatan mereka terhadap gereja.Di Amerika Serikat, Hari Ibu disambut seawal 1872 hasil ilham Julia Ward Howe. seorang aktivis sosial dan telah menulis puisi ” The Battle Hymn of The Republic” (TBHoTR). TBHoTR telah dijadikan lagu patriotik yang cukup populer di kalangan warga Amerika pada saat itu. Ungkapan “Hallelujah” dalam bait-bait lagu tersebut memberikan sentuhan kepada Kaum Yahudi dan Zionis untuk menguasai politik dunia.Pada tahun 1907 Anna Jarvis dari Philadelphia telah memulai kampanye untuk melancarkan Hari Ibu. Ia pun telah berhasil mempengaruhi Mother’s Church di Grafton, Sehingga west Virginia merayakan dan meramaikan Hari Ibu pada hari ulang tahun kedua kematian ibunya, yaitu pada hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Semenjak saat itu, Hari Ibu dirayakan setiap tahun di Philadelphia.

Anna Jarvis dan pendukungnya telah menulis surat kepada menteri, pengusaha dan ahli-ahli politik agar Hari Ibu disambut secara meluas di seluruh wilayah. Usaha mereka telah berhasil sepenuhnya pada tahun 1911 dan hari tersebut disambut baik oleh hampir seluruh wilayah Amerika. Pada tahun 1914, Presiden Woodrow Wilson, secara resmi Hari Ibu sebagai Hari cuti umum dan harus rayakan pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei. Biarpun sebahagian besar negara-negara di dunia menyambutnya pada hari yang berlainan, tetapi negara seperti Denmark, Finland, Itali, Turki, Australia, dan Belgium masih merayakannya pada setiap hari Ahad kedua dalam bulan Mei.

Bagaimana dalam Islam ?
Islam, tanpa mengenal hari tertentu, mewajibkan setiap anak selalu mengistimewakan seorang Ibu. Mungkin kita tidak pernah menyadari, begitu banyak yang telah dilakukan seorang Ibu. Ibu mengandung kita selama 9 bulan 10 hari, berjuang melawan rasa sakit ketika melahirkan, mengesampingkan waktu istirahatnya untuk menyusui, juga merawat ketika kita sehat apalagi saat sakit, dan banyak lagi hal lainnya yang mustahil dapat kita hitung dan kita balas seluruh pengorbanannya.

“Seandainya kita diberi kemampuan membayar setiap tetes ASI, tidak akan ada seorang pun yang dapat melunasi jasa Ibu seumur hidup kita”, Sabda Rosululloh.

Untuk itu, Islam begitu mengistimewakan seorang Ibu, seperti yang banyak kita temui di dalam al-Quran, hadis, dan kisah-kisah teladan.

Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’,” (QS al-Isrã’ [17]: 23-24).

Bila hal itu dijelaskan, maka perayaan hari ibu tidak diperbolehkan. Tidak boleh mengadakan simbol-simbol perayaan seperti kegembiraan, kebahagiaan, penyerahan hadiah dan lain sebagainya. Seorang muslim wajib memuliakan agamanya dan bangga dengannya dan hendaknya membatasi diri dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dalam agama yang lurus yang telah diridloi Allah Ta’ala untuk hamba-Nya, tidak ditambah maupun dikurangi.

Seorang muslim seharusnya tidak ikut-ikutan, Tetapi haruslah membentuk kepribadiannya sesuai dengan ketentuan syari’at Allah Azza wa Jalla, sehingga menjadi ikutan, bukan sekedar menjadi pengikut, menjadi contoh bukan yang mencontoh. Karena syari’at Allah –alhamdulillah- adalah sempurna dilihat dari sisi manapun, sebagiaman firman Allah:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridloi Islam itu menjadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah: 3).

Haknya seorang ibu lebih besar daripada sekedar disambut sehari dalam setahun. Bahkan seorang ibu mempunyai hak yang harus dilakukan oleh anak-anaknya, yaitu memelihara dan memperhatikannya serta menta’atinya dalam hal-hal yang tidak maksiat kepada Allah Azza wa Jalla disetiap waktu dan tempat.

Rabu, 17 Desember 2014

Inilah Ulil Amri ku !

Lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul "Siapa ulil amri mu?"
***
Sebetulnya, aku bingung bagaimana kata awal untuk memula penjelasan tentang ini kepada mu teman. bingung mencari apa kata-kata yang tepat, agar kalian dapat mengerti apa yang aku ketahui. namun, akan kucoba sampaikan dan sekali lagi, tolong dengarkan aku ! setelah itu, mka mnjadi urusan mu. Silahkan untuk tidak setuju dengan pemikiran ku dan bersebrangan jalan dengan ku !
***
Bismillah,
Pada saat 1 romadhon 2014, sekitar 5 bulan yang lalu. Telah resmi dideklarasikan tegaknya Negara Islam (Daulah Islamiyah) di Suriah.
Jujur hal itu sontak membuatku untuk berfikir keras, karena mau tidak mau aku harus berfikir dan mencari kebenaran atau validitas data mengenai apakah betul akan ada khilafah sebelum Al-Mahdi? Dan Al-hamdulillah itu sudah terjawab dan sudah terkumpul sedikit keyakinan dihatiku.
kemudian, setelah sebulan dideklarasi, muncul berita bahwa memang betul ada, nama2x oknum di Daulah Islam ialah khawarij "yang mudah mengkafirkn individu muslim sehingga menghalalkan darahnya." Dan hal itu kembali membuat hatiku goyah,
"Ya Allah aku berlindung kepadamu, dari fitnah dajjal, fitnah khawarij, dan fitnah murji'ah, serta berbagai fitnah lainnya yang dapat menyengsarakanku diakherat nanti. sungguh aku berlindung kepadamu Ya Allah, Mohon tunjukilah aku jalan yang lurus dan jangan kau ambil hidayah yang telah kau berikan kepadaku, bantu aku untuk mampu beristiqomah untuk tunduk dan patuh pada dien ini hingga ajal menjemputku." aamiin.

Do'a ini pun selalu ku panjatkan setiap selesai dari sholatku.
Dengan terus-menerus mencari dan mencari informasi yang valid, ya bisa dikatakan aku Tawaquf dari hal itu selama kurang lebih 3 atau 4 bulan.

Namun, ada yang sangat aku miriskan dari pendukung daulah atau orang-orang yang telah berbai'at sejak awal Negara Islam dideklarasikan. Mereka dgn mudahnya meremehkan bahkan menghina orang-orang yang belum berbai'at kepada daulah ! Lantas apa arti semua amal perbuatan mu ya akhi? ya ukhti? apa arti semua amalanmu jika dalam beramalpun kalian mewarisi sifat iblis ! merasa paling benar dan semua yang tidak berbai'at adalah salah, bahkan lebih miris lagi sampai mngkafirkan yg tdk brbaiat, pdahal khalifah Al-Baghdadi saja tidak sprti itu ! tidak smpai mmfons kafir org yg blm baiat pd nya..
na'udzubillah.. Sdarlah, bukan seperti itu cara berdakwah ! justru dengan kalian-kalian ini dapat mencoreng nama Daulah dimata masyarakat. "oh,ternyata seperti ini pendukung daulah. tidaklain ianya seorang yang keras,bengis,dan kasar serta sgt-sgt tidak bisa menjaga lisannya !"

Teman,...dalam menyikapi masalah mngenai khilafah IS ini memanglah suatu hal yang sangat wajar jika terjadi banyaknya perbedaan pendapat  bahkan dikalangan ulama sekalipun. Memanglah suatu hal yang sangat wajar jika kebenaran itu semakin  tersamarkan. Dan memanglah suatu hal yg sgt-sgt wajar jika tindakan kita yg paling tepat dan harus kita lakukan  saat ini dlm mnyikapi ialah utk brkata baik  atw diam! Serta brdo’a kpd Allah,
"Ya Allah.. Jika Daulah Islam Iraq dan Syam adalah Daulah Khowarij, maka musnahkanlah eksistensinya, bunuh-lah petinggi-petingginya, jatuhkanlah panji/ benderanya,tunjukanlah prajuritnya kepada kebenaran. Ya Allah… Jika Daulah IS menerapkan hukum-hukum (Al Qur’an dan Sunnah), berjihad melawan musuh-musuhMu, maka teguhkanlah ia, tolonglah ia, muliakanlah ia, berikanlah  kekuasaan baginya di bumi, jadikanlah ia sebagai gerbang Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah." Aamiin-


Teman,..lalu bagaimn sikap kita dlm mnanggapi fatwa2 mngenai Daulah IS?
1.      Karena masalah khilafah adalah mncakup Dunia, ada baiknya kita melihat semua fatwa2 ulama yang ada mengenai hal trsebut, terlebih ulama dunia dan terlebih lagi ulama2 ahlu tsughur (ulama jihad) utk lebih meyakinkan kita krn peran khilafah tdk akan dpt dipisahkn dgn jihad fii sabilillah.  
2.      Jangan terlalu cepat dalam bertaqlid kpd ulama2 kontemporer saat ini, terkhusus ulama2 kontemporer yg ada di Indonesia!
Dalam situasi semacam ini, maka tidak ada solusi yang terbaik selain kembali kepada Allah dengan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetap beribadah di saat harj/fitnah berkecamuk bagaikan berhijrah kepadaku.”(HR. Muslim dari Ma’qil bin Yasar, lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 5)

Muqallid dibagi menjadi dua macam, muqallid muttabi' dan muqallid 'ammi. 
Muqallid muttabi' : orang yang memiliki sebagian ilmu yang diperlukan dalam berijtihad, dan bertaklid setelah ia mengetahui dalilnya. 
Muqallid 'ammi : orang yang tidak memiliki sebagian ilmu untuk berijtihad, dan ia bertaklid tanpa mengetahui dalilnya.

Lalu apakah yang harus dia lakukan?
Jawabannya, selayaknya pilihannya itu berdasarkan timbangan yang pasti, yang bisa digunakan untuk mengetahui pendapat yang rojih (kuat) dari pendapat yang marjuh (lemah). Timbangan ini adalah firman Alloh سبحانه و تعالي:
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa’ [4]: 59)
Sebab itu, pendapat mana saja yang sesuai dengan al-Kitab dan as-sunnah adalah benar. Sebaliknya, pen­dapat yang menyelisihi al-Kitab dan as-sunnah batil.
Wajib atas seorang muslim yang mampu meneliti untuk memilih pendapat yang sesuai dengan dalil yang kuat.
Imam Ibnu Abdil Barr  رحمه الله berkata: “Yang wajib dalam menyikapi perselisihan para ulama adalah mencari dalil dari al-Kitab dan as-sunnah serta ijma’ dan qiyas yang berdasarkan ushul (kai­dah-kaidah pokok) yang bersumber dari semua itu, tidak bisa tidak. Dan jika dalil-dalil (khilaf tersebut) adalah sama-sama kuat maka wajib untuk memilih pendapat yang paling menyerupai dengan apa-apa yang telah kita sebutkan dengan Kitab dan Sunnah. Apabila dalil-dalil (khilaf tersebut) tidak jelas maka wajib untuk tawaqquf (menahan diri). Apabila se­seorang terpaksa mengamalkan salah satu pendapat (dari khilaf tersebut) pada kondisi yang khusus pada dirinya maka ia boleh taqlid sebagaimana dibolehkan bagi orang awam.” (Jami’ Bayanil-Ilmi hlm. 903)
Wajib atas seorang muslim untuk meminta fatwa kepada orang yang telah terpenuhi syarat-syarat untuk berfatwa, baik dalam hal ilmu maupun waro’ (kehati-hatian). Janganlah dia bertanya kepada orang yang yang mengeluarkan fatwa dengan kebodohan dan kebohongan. Janganlah pula dia bertanya ke­pada orang-orang yang tasahul (bermudah-mudah) dalam berfatwa, yaitu yang suka memberi fatwa de­ngan rukhshoh dan kilah (penipuan terselubung). Mereka tidak boleh dimintai fatwa.
Demikian pula, wajib atas pencari kebenaran un­tuk ber-isti’anah (mohon pertolongan) kepada Alloh سبحانه و تعالي dan tunduk kepada-Nya dengan berdo’a agar Alloh سبحانه و تعالي menunjukinya menuju kebenaran. Dan hen­daklah dia berdo’a dengan do’a Nabi صلي الله عليه وسلم:
اللَّهُمَّ! رَبَّ جِبْرَائِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرِافِيْلَ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ  عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوا فِيْهِ يَخْتَلِفُونَ  اِهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إَنَّكَ تَهْدَي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
“Ya Alloh, Robb Jibril, Mikail, dan Isrofil. Yang menciptakan langit dan bumi, yang mengetahui perkara ghaib dan yang tampak, Engkau menghakimi hamba-hamba-Mu pada apa-apa yang mereka perselisihkan. Tun­jukkanlah kepadaku kebenaran dari apa-apa yang mereka perselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau menunjuki siapa saja yang Engkau kehendaki menuju ja­lan yang lurus.” (HR. Muslim: 1/534 dari Aisyah رضي الله عنها)
Jika khilaf sangat kuat sehingga seorang muslim tidak mampu mengetahui mana yang benar, maka dia (boleh) bertaqlid kepada orang yang dia percayai ilmu dan din-nya dan tidaklah dia dibebani dengan beban yang lebih dari ini. Imam al-Khotib al-Baghdadi رحمه الله berkata dalam al-Faqih wal-Mutafaqqih (3/348): “Jika seseorang berkata: ‘Bagaimana pendapatmu terhadap orang awam yang meminta fatwa, jika ada dua orang yang memberinya fatwa, sedangkan ke­dua orang tersebut berselisih, dia boleh taqlid?’ Maka dijawab, untuk perkara ini ada dua sisi: pertama, jika orang awam tersebut luas akalnya dan baik pema­hamannya maka ia wajib bertanya kepada dua orang yang berselisih tersebut tentang madzhab (pendapat) mereka beserta hujjah mereka lalu dia mengambil pendapat yang paling kuat menurut dia. Namun jika akalnya kurang tentang hal ini dan pemahamannya tidak baik maka dia boleh taqlid kepada pendapat yang paling baik menurut dia di antara kedua orang tersebut. Ada yang berpendapat bahwa dia boleh mengambil yang dia kehendaki dari orang-orang yang berfatwa, dan ini adalah yang shohih karena dia bukan ahli ijtihad —sehingga yang bisa dia lakukan hanyalah merujuk kepada perkataan seorang ulama yang dipercaya dan dia telah melakukan hal itu— maka hal itu telah mencukupinya. Wallohu A’lam." 
***

Namun sekarang in sya Allah tidak ada keraguan lagi didalam hatiku mengenai khalifah Al-Baghdadi, dan saksikanlah inilah bai'atku :
” Ubayi’u kholifatul muslimin syeikh ibrohim ibnu‘awwaad, ibnu ibrohim alhusainy alqurasiy ‘alaa
sam’i wa tho’ah , fil mansyati wal makroh… wa fil yusri wal ‘usr…

wa ‘alaa atsaratin ‘alayya …wa allaa unaazi’ul amro ahlahu… illaa an aroo kufron bawaahan, ‘indiy

minalloohi fiihi burHaan…

wa an aqulu bil haqqi ayna maa kuntu, laa akhoofu fillaahi lawmata la-im. walloohu ‘alaa maa aquulu

syahiid “
Yang artinya :
“saya berbaiat kepada sheikh ibrahim bin awwab bin ibrahim alhusainy alqurasiy untuk mendengar dan
taat,dalam keadaan giat ataupun malas, dalam keadaan lapang maupun susah…
dan sekalipun menelantarkan saya. dan saya tidak akan merebut kekuasaan dari pemiliknya, kecuali bila saya melihat kekafiran yg nyata yg saya memiliki hujjah dari Allah.
dan saya akan berkata yg HAQ dimanapun saya berada, tidak takut celaan orang yg suka mencela.
dan Allah menjadi saksi atas apa yg saya ucapkan.”

Selasa, 16 Desember 2014

Siapa Ulil Amri mu??

Jika ku sodorkan pertanyaan ini.. apa jawaban mu?
Ah, bahkan sebelum ku tanya pun.. aku tahu, presiden di negeri mu kan yang kau anggap sebagai "ulil amri" mu?
teman, ya, kau teman ku. Tak masalah jika kalian berkata seperti itu, namun tolong dengarkan aku !

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4] : 59)

Mungkin ayat ini sudah sangat populer dikumandangkan oleh para politisi, apalagi pada saat pemilu. Ya, politisi yg mengaku dirinya muslim, kemudian mencaplok ayat diatas dengan dalih bahwa pemilihan presiden ala demokrasi ialah pemilihan sang "ulil amri". Benarkah begitu teman?

Namun sayang, mereka(para politisi) umumnya hanya mengutip sebagian ayat saja, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُم
”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa [4] : 59)

Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri Minkum. Bagian sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya yang sangat penting. Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum. Bagian itulah yang menjadikan kita memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan siapa yang bukan. Bagian itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang berkampanye tersebut pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat.
Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa [4] : 59)

Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya). Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul. Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat [49] : 1)
Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu di masa paceklik mengeluarkan sebuah kebijakan ijtihadi berupa larangan bagi kaum wanita beriman untuk meminta mahar yang memberatkan kaum pria beriman yang mau menikah. Tiba-tiba seorang wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik kebijakan Khalifah seraya mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu’minat untuk menentukan mahar sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu’minin langsung ber-istighfar dan berkata: ”Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya cabut kembali…!” Subhanallah, demikianlah komitmen para pendahulu kita dalam hal mentaati Allah dan RasulNya dalam segenap perkara yang diperselisihkan.


Adapun dalam kehidupan kita dewasa ini segenap sistem hidup yang diberlakukan di berbagai negara ialah mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada selain Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).
Kita temukan negara-negara dewasa ini memiliki konstitusi buatan manusia, selain Al-Qur’an dan AsSunnah An-Nabawiyyah, yang menjadi rujukan utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah manusia mampu merumuskan konstitusi yang lebih baik dan lebih benar daripada sumber utama konstitusi yang datang dari Allah subhaanahu wa ta’aala.

Maka pantaslah bilamana mereka dijuluki sebagai Mulkan Jabbriyyan sebagaimana Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sebutkan dalam hadits beliau. Mulkan Jabbriyyan artinya para penguasa yang memaksakan kehendaknya seraya tentunya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.
Adapun masyarakat luas yang mentaati mereka berarti telah menjadikan para pemimpin tersebut sebagai para Thoghut, yaitu fihak selain Allah yang memiliki sedikit otoritas namun berlaku melampaui batas sehingga menuntut ketaatan ummat sebagaimana layaknya mentaati Allah. Na’udzubillahi min dzaalika.
Keadaan ini mengingatkan kita akan peringatan Allah mengenai kaum munafik yang mengaku beriman namun tidak kunjung meninggalkan ketaatan kepada Thoghut. Padahal Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk meninggalkan para Thoghut bila benar imannya.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa [4] : 60)

Sungguh dalam kelak nanti di neraka penyesalan mereka yang telah mentaati para pembesar dan pemimpin yang tidak menjadikan Allah dan RasulNya sebagai tempat kembali dalam menyelesaikan segenap perkara kehidupan.
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)

Haram bagi muslim mengucapkan selamat hari raya natal kepada kristiani !


Bismillahirrahmaanirrahiim,,,,

Menjawab pertanyaan ukhti ____*via inbox fb, minggu/14 Des. Kerana ini penting, dan sebentar lagi tanggal 25Desember, maka ana post juga di blog ini..

Assalamualaykum ukhty, ana mau tanya. Ana punya teman muallaf. Sebentar lagi natal. Keluarganya mayoritas nasrani. Setau ana ga boleh mengucapkan selamat natal. Kalau ga datang dan mengucapkan bagaimanapun mereka itu keluarganya. Dia bingung ukht. Bisakah ukhty membantu sedikit ilmu tentang ini ukht.,

Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuhu,,

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, wa shalaatu wa salaamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Sudah sering kita mendengar ucapan semacam ini menjelang perayaan Natal yang dilaksanakan oleh orang Nashrani. Mengenai dibolehkannya mengucapkan selamat natal ataukah tidak kepada orang Nashrani, sebagian kaum muslimin masih kabur mengenai hal ini. Sebagian di antara mereka dikaburkan oleh pemikiran sebagian orang yang dikatakan pintar (baca : cendekiawan), sehingga mereka menganggap bahwa mengucapkan selamat natal kepada orang Nashrani tidaklah mengapa (alias ‘boleh-boleh saja’). Bahkan sebagian orang pintar tadi mengatakan bahwa hal ini diperintahkan atau dianjurkan.

Namun untuk mengetahui manakah yang benar, tentu saja kita harus merujuk pada Al Qur’an dan As Sunnah, juga pada ulama yang mumpuni, yang betul-betul memahami agama ini. Ajaran islam ini janganlah kita ambil dari sembarang orang, walaupun mungkin orang-orang yang diambil ilmunya tersebut dikatakan sebagai cendekiawan. Namun sayang seribu sayang, sumber orang-orang semacam ini kebanyakan merujuk pada perkataan orientalis barat yang ingin menghancurkan agama ini.

Mereka berusaha mengutak-atik dalil atau perkataan para ulama yang sesuai dengan hawa nafsunya. Mereka bukan karena ingin mencari kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya, namun sekedar mengikuti hawa nafsu. Jika sesuai dengan pikiran mereka yang sudah terkotori dengan paham orientalis, barulah mereka ambil. Namun jika tidak bersesuaian dengan hawa nafsu mereka, mereka akan tolak mentah-mentah. Ya Allah, tunjukilah kami kepada kebenaran dari berbagai jalan yang diperselisihkan –dengan izin-Mu-
Semoga dengan berbagai fatwa dari ulama yang mumpuni ini, kita mendapat titik terang mengenai permasalahan ini.

Fatwa Pertama – Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal Bersama

Berikut adalah fatwa ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin), 3/28-29, no. 404.

Beliau rahimahullah pernah ditanya,
“Apa hukum mengucapkan selamat natal (Merry Christmas) pada orang kafir (Nashrani) dan bagaimana membalas ucapan mereka? Bolehkah kami menghadiri acara perayaan mereka (perayaan Natal)? Apakah seseorang berdosa jika dia melakukan hal-hal yang dimaksudkan tadi, tanpa maksud apa-apa? Orang tersebut melakukannya karena ingin bersikap ramah, karena malu, karena kondisi tertekan, atau karena berbagai alasan lainnya. Bolehkah kita tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam perayaan ini?”
Beliau rahimahullah menjawab :

Memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca : ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya ‘Ahkamu Ahlidz Dzimmah’. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.

Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.
Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat.

Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta’ala.” –Demikian perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah-

Dari penjelasan di atas, maka dapat kita tangkap bahwa mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. Alasannya, ketika mengucapkan seperti ini berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Ta’ala sendiri tidaklah meridhoi hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar [39] : 7)

Allah Ta’ala juga berfirman,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah [5] : 3)

Apakah Perlu Membalas Ucapan Selamat Natal?
Memberi ucapan selamat semacam ini pada mereka adalah sesuatu yang diharamkan, baik mereka adalah rekan bisnis ataukah tidak. Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala. Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka (baca : bid’ah). Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk.

Mengenai agama Islam yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri berfirman,
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imron [3] : 85)

[Bagaimana Jika Menghadiri Perayaan Natal?]
Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka, maka ini diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.

[Bagaimana Hukum Menyerupai Orang Nashrani dalam Merayakan Natal?]
Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan (yang disimbolkan dengan ‘santa clause’ yang berseragam merah-putih, lalu membagi-bagikan hadiah, pen) atau sengaja meliburkan kerja (karena bertepatan dengan hari natal). Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَ تَشَبَّ بِقَىِوٍ فَهُىَ يِ هُُِىِ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidho’ Ash Shirothil Mustaqim mengatakan,

“Menyerupai orang kafir dalam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati mereka merasa senang atas kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal itu akan mendatangkan keuntungan pada mereka karena ini berarti memberi kesempatan pada mereka untuk menghinakan kaum muslimin.” -Demikian perkataan Syaikhul Islam-

Barangsiapa yang melakukan sebagian dari hal ini maka dia berdosa, baik dia melakukannya karena alasan ingin ramah dengan mereka, atau supaya ingin mengikat persahabatan, atau karena malu atau sebab lainnya. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka (menjilat), namun agama Allah yang jadi korban. Ini juga akan menyebabkan hati orang kafir semakin kuat dan mereka akan semakin bangga dengan agama mereka.
Allah-lah tempat kita meminta. Semoga Allah memuliakan kaum muslimin dengan agama mereka. Semoga Allah memberikan keistiqomahan pada kita dalam agama ini. Semoga Allah menolong kaum muslimin atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Mulia.

Fatwa Kedua – Berkunjung Ke Tempat Orang Nashrani untuk Mengucapkan Selamat Natal pada Mereka
Masih dari fatwa Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah dari Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 3/29-30, no. 405.
Syaikh rahimahullah ditanya : Apakah diperbolehkan pergi ke tempat pastur (pendeta), lalu kita mengucapkan selamat hari raya dengan tujuan untuk menjaga hubungan atau melakukan kunjungan?
Beliau rahimahullah menjawab :
Tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir, lalu kedatangannya ke sana ingin mengucapkan selamat hari raya, walaupun itu dilakukan dengan tujuan agar terjalin hubungan atau sekedar memberi selamat (salam) padanya. Karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ تَبِذَءُوا انْيَهُىدَ وَلاَ ان صََُّارَي بِانسَّلاَوِ
“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167)
Adapun dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkunjung ke tempat orang Yahudi yang sedang sakit ketika itu, ini dilakukan karena dulu ketika kecil, Yahudi tersebut pernah menjadi pembantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala Yahudi tersebut sakit, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguknya dengan maksud untuk menawarkannya masuk Islam. Akhirnya, Yahudi tersebut pun masuk Islam.
Bagaimana mungkin perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengunjungi seorang Yahudi untuk mengajaknya masuk Islam, kita samakan dengan orang yang bertandang ke non muslim untuk
menyampaikan selamat hari raya untuk menjaga hubungan?! Tidaklah mungkin kita kiaskan seperti ini kecuali hal ini dilakukan oleh orang yang jahil dan pengikut hawa nafsu.

Fatwa Ketiga - Merayakan Natal Bersama
Fatwa berikut adalah fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 8848.

Pertanyaan : Apakah seorang muslim diperbolehkan bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam perayaan Natal yang biasa dilaksanakan pada akhir bulan Desember? Di sekitar kami ada sebagian orang yang menyandarkan pada orang-orang yang dianggap berilmu bahwa mereka duduk di majelis orang Nashrani dalam perayaan mereka. Mereka mengatakan bahwa hal ini boleh-boleh saja. Apakah perkataan mereka semacam ini benar? Apakah ada dalil syar’i yang membolehkan hal ini?
Jawab :
Tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak. Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa.

Padahal Allah berfirman,
وَتَعَاوَ ىَُا عَهَ انْبِرِّ وَانتَّقْىَي وَنَا تَعَاوَ ىَُا عَهَ انْئِثْىِ وَانْعُذِوَاٌِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al Maidah [5] : 2)
Semoga Allah memberi taufik pada kita. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikut dan sahabatnya.
Ketua Al Lajnah Ad Da’imah : Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Saatnya Menarik Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan :

Pertama, Kita –kaum muslimin- diharamkan menghadiri perayaan orang kafir termasuk di dalamnya adalah perayaan Natal. Bahkan mengenai hal ini telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dapat dilihat dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1981.

Kedua, Kaum muslimin juga diharamkan mengucapkan ‘selamat natal’ kepada orang Nashrani dan ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim.

Jadi, cukup ijma’ kaum muslimin ini sebagai dalil terlarangnya hal ini. Yang menyelisihi ijma’ ini akan mendapat ancaman yang keras sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَيَ يُشَاقِقِ انرَّسُىلَ يِ بَعِذِ يَا تَبَيَّ نَ انْهُذَي وَيَتَّبِعِ غَيِرَ سَبِيمِ انْ ؤًُِيِ يُِنَ ىَُنِّ يَا تَىَنَّ وَ صَُِهِ جَهَ ىََُّ وَسَاءَتِ
يَصِيرّا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”(QS. An Nisa’ [4] : 115). Jalan orang-orang mukmin inilah ijma’ (kesepakatan) mereka.

Oleh karena itu, yang mengatakan bahwa Al Qur’an dan Hadits tidak melarang mengucapkan selamat hari raya pada orang kafir, maka ini pendapat yang keliru. Karena ijma’ kaum muslimin menunjukkan terlarangnya hal ini. Dan ijma’ adalah sumber hukum Islam, sama dengan Al Qur’an dan Al Hadits. Ijma’ juga wajib diikuti sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 115 di atas karena adanya ancaman kesesatan jika menyelisihinya.

Ketiga, jika diberi ucapan selamat natal, tidak perlu kita jawab (balas) karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta’ala.

Keempat, tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir untuk mengucapkan selamat hari raya.

Kelima, membantu orang Nashrani dalam merayakan Natal juga tidak diperbolehkan karena ini termasuk tolong menolong dalam berbuat dosa.

Keenam, diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan dalam rangka mengikuti orang kafir pada hari tersebut.

Demikianlah beberapa fatwa ulama mengenai hal ini. Semoga kaum muslimin diberi taufiko oleh Allah untuk menghindari hal-hal yang terlarang ini. Semoga Allah selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus dan menghindarkan kita dari berbagai penyimpangan. Aamiin.

Sabtu, 13 Desember 2014

AHLUL BAIT, YESSS! ... SYI'AH, NOOOOOOOOO ... !!!

Kitab induk Syi’ah ada empat (4), yaitu :

Al-Kafii karya Al-Kulaini
Man Laa Yahdhuruhul Faqiih karya As-Shoduuq
At-Tahdzib
Al-Istibshor karya At-Thusi.

Berkata Sayyid Husain Bahrul Ulum:
“Sesungguhnya ijtihad kaum syi’ah terfokus pada empat kitab, yaitu Al-Kafii karya Al-Kulaini, Man Laa Yahdhuruhul Faqiih karya As-Shoduuq, At-Tahdzib dan Al-Istibshor karya At-Thusi. Keempat kitab tersebut merupakan pokok yang disepakati sebagaimana kutubus sittah bagi orang-orang awam”
[Muqoddimah Talkhishus Syaafii karya Syekh At-Thoifah At-Thusi / Husain Bahrul Ulum, Hal 29]

Al-Kaafi karya Al-Kulaini:

- Mayoritas hadits dan riwayatnya dho’if(lemah), sebagaimana pengakuan Fakhruddin At-Thorihi (9,485 dari 16,199 riwayat dalam kitab Al-Kaafi adalah dho’if)

- Lebih dari separuh riwayatnya dho’if!! Dan hampir seluruh hadits yang terdapat dalam kitab Al-Kaafi adalah hadits ahad, sementara dalam aqidah kaum syi’ah, hadits ahad tidak boleh dijadikan dalil dalam masalah aqidah!.

- Syi’ah Imamiyah adalah satu-satunya kelompok syadz (nyleneh) yang berbangga dengan kitab yang mereka yakini sebagian bahkan mayoritas isinya tidak shohih!!

- Hadits-hadits Nabi - shollollohu 'alaihi wasallam - dalam 4 kitab Syi’ah tersebut hanya berjumlah 644 hadits, dan SEBAGIAN BESARNYA adalah mursal (terputus sanadnya)!! 


***
Prosentase keshohihan hadits-hadits kutubus sittah dan Al-Kaafi

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Shohih Bukhori adalah 100%

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Shohih Muslim adalah 100%

- Prosentase hadits shohih, hasan, terpercaya, dan kuat dalam kitab Al-Kaafi karya Al-kulaini, menurut Fakhruddin At-Tharihi adalah 41.5%, sedengkan menurut Muhammad Baqir Al-Bahbudi hanyalah 27.9%!!!!

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Sunan An-Nasaa’I, menurut tahqiq Al-Albani adalah 91.6%

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Sunan Abu Dawud, menurut tahqiq Al-Albani adalah 74.4%

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Sunan At-Tirmidzi, menurut tahqiq Al-Albani adalah 73.2%

- Prosentase hadits shohih dan hasan dalam kitab Sunan Ibnu Majah, menurut tahqiq Al-Albani adalah 73%

***

Sebuah catatan fakta ilmiyah!

Sunan Ibnu Majah adalah kitab induk Ahlus Sunnah yang PALING rendah nilai prosentase kandungan hadits-hadits shohih dan hasannya, namun demikian masih TETAP mengungguli kitab nomer wahidnya syi’ah yaitu Al-Kaafi karya Al-Kulaini!
 

***
Jadi, dari paparan di atas, SIAPAKAH yang lebih mencintai dan menuruti Ahlul Bait?
Sunni atau Syi'ahkah?

Abdullah Bin Saba, Pendiri Syiah, Ternyata Seorang Yahudi


SYI’AH identik dengan nama Abdullah bin Saba. Sudah banyak sumber yang mengulas siapa sebanarnya Abdullah bin Saba ini. Namun jewishencyclopedia menurunkan keterangan sehubungan dengan orang yang disebut-sebut sebagai pendiri Syi’ah ini.

Menurut jewishencyclopedia, Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi dari Yaman. Ia hidup pada abad ketujuh, menetap di Madinah dan memeluk Islam—sesuatu yang oleh sejarah kemudian dipertanyakan komitmen keislamannya. Ia begitu sering mengkritik kebijakan Khalifah Ustman bin Affan. Setelah salah satu kritiknya disampaikan secara negatif, ia dibuang dari kota. Situ ia pergi ke Mesir, di mana ia mendirikan sebuah sekte anti-Ustman, dan berlindung dengan cara mempromosikan kepentingan Ali.

Di Mesir, ia memperoleh pengaruh besar di sana, dan merumuskan doktrin kepentingannya. Pada awalnya, ia dikenal dengan penyebar ajaran Abdullah. Ketika Ali memimpin, ia menjilat dengan mengatakan bahwa “Anda adalah Anda!” dengan maksud mengultuskan Ali.

Tidak hanya berada di balik pembunuhan Ustman, Abdullah bin Saba pun berperan besar atas pembunuhan Ali. Ketika Ali sudah terbunuh, ia mengatakan Ali masih hidup, dan tak pernah terbunuh, bahwa sebagian dari Ketuhanan itu tersembunyi di dalam dirinya, dan bahwa setelah waktu tertentu, Ali akan kembali ke bumi untuk menegakkan keadilan.

Dalam konteks ini, Abdullah bin Saba telah meletakkan konsep Ali sama sepertinya Mesias dalam keyakinan Kristen. Keyakinan ini sampai kini terus melekat dalam sebagian pengikut Syi’ah.
 

Inilah Fakta yang Menunjukan Bahwa Syiah Bukan Islam

Peneliti Syi’ah dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam (InPAS) Surabaya, Kholili Hasib, M.A mengungkapkan beberapa fakta tentang Syiah.

1.Sebelum membahas kekeliruan Syiah harus kita pahami dahulu bahwa Syiah Indonesia adalah Syiah Itsna Asyariah bukan Zaidiyah.

2. Syiah Itsna Asyariyah adalah Syiah yang percaya 12 Imam atau disebut Imamiyah. Syiah ini yang mayoritas ada di dunia termasuk rezim yang berkuasa di Iran.

3. Syiah Imamiyah inilah yang disebut Rafidhah. Karena mereka mencaci bahkan mengkafirkan para sahabat Nabi. Syiah Zaidiyah bukan Rafidah karena tidak mencaci sahabat.

4. Ciri khas utama Syiah ada dua yakni kultus berlebihan pada Ali serta keturunannya dan pelecehan terhadap sahabat Nabi.

5. Saya menyimpulkan dua ciri khas utama itu adalah wordlview-nya Syiah. Semua aspek dalam agama pasti berpangkal pada dua hal tsb.

6. Silahkan yang mau membuktikan pemikiran Syiah tentang al-Qur’an, hadits, politik, fiqih diasaskan oleh kultus Ali dan benci kepada para sahabat.

7. Konsep ketuhanan juga dipengaruhi ideologi kultus imamah. Konsep ke esa an Syiah berbeda dengan konsep ke esa an dalam Islam

8. Kitab al-Kafi-kitab hadits syiah yang utama menjelaskan bahwa yg dimaksud musyrik adalah menyekutukan imam Ali dengan imam yg lain.

9. Lebih jelas lagi dalam kitab Bihar al-Anwar,kitab rujukan Syiah, yg mengatakan “Siapa saja tidak percaya Ali adalah Imam pertama adalah kafir.”

10. Jadi yang dimaksud syirik bagi Syiah bukan sekedar menyekutukan Allah tapi juga menyekutukan Ali dalam hal kepemimpinan.

11. Jadi syiah itu sejatinya golongan takfiriyah yang sebenarnya. Mengkafirkan kaum muslimin karena tidak mengangkat Ali sebagai imam pertama.

12. Non Syiah, orang selain Syiah mereka sebut nawashib. Sebutan hina. Nawashib menurut imam-imam mereka halal hartanya.

13. Syiah menyesatkan para aimmatul madzahib imam madzhab yang empat, Ahlussunnah. Mereka disebut ahlul bid’ah, kafir dan sesat (kitab al-Syiah hum Ahlussunnah).

14. Istri tercinta Nabi,Aisyah, disesatkan. Imam Thabrasi mengatakan kemuliaan Aisyah gugur karena melawan Ali, dia ingkar kepada Allah.

15. Syiah mengkafirkan sahabat. Menurut mereka hanya 3 sahabat yang Islam yakni Abu Dzar, Salman, dan Miqdad.

16. Kenapa Syiah menghalalkan mut’ah. Lagi-lagi karena yg meriwayatkan haramnya mut’ah itu Umar bin Khattab. Karena kebenciannya itu haditsnya ditolak.

17. Kenapa Syiah menolak mushaf utsmani sebagai al-Qur’an? Karena yang menyusun itu Utsman yg mereka benci.

18. Dalam kitab Thaharah, Khomaini menyebut sahabat itu lebih jijik daripada anjing dan babi

19. Syaikh Shoduq ulama Syiah, mengatakan darah nawasib (muslim sunni) itu halal.

20. Imam Khomaini pernah berfatwa bahwa nawasib itu kedudukannya sama dengan musuh yang wajib diperangi (ahlul harb).

21. Karena itu cara tepat mengenal Syiah itu dengan menelaah kitab-kitab induk mereka. Karena itu ajaran mrk sesungguhnya.

22. Jangan terkecoh dengan buku-buku Syiah sekarang. Karena penuh propaganda, intrik dan pengelabuan.

23. Syiah punya rukun agama bernama taqiyah. “La dina liman la taqiyata” artinya tidak beragama yang tidak taqiyyah, disebut dalam al-kafi.

24. Karena taqiyah itu, Imam Syafii berpesan bahwa golongan yang paling banyak bohongnya itu Syiah.

25. Maka jangan heran jika mereka mengaburkan fakta-fakta Syiah Sampang. Karena itu bagian dari aqidah. Teologi kebohongan itulah taqiyah.

26. Waspadalah Syiah punya sayap militan. Mereka pernah mau kirim relawan ke Suriah bantu rezim Asad.

27. Seorang pengurus PBNU pernah menulis, Syiah Indonesia sedang siapkan konsep imamah di Indonesia. Dalam arti mereka sedang siapkan revolusi.

28. Syiah membahayakan NKRI. Ada fatwa Khomeini yang mewajibkan Syiah untuk revolusi di negara masing-masing.

29. Gerakan Syiah didukung kelompok liberal. Pokoknya segala aliran yang rusak dan sesat yang dilekatkan pada Islam didukung Syiah. Mereka sekarang bersatu.

30. visi Syiah-liberal hampir sama dalam hal pelecehan terhadap sahabat nabi dan meragukan al-Qur’an.

31. Liberal punya ideologi relativisme. Ternyata Syiah dalam kampanye gunakan ideologi tersebut untuk kelabuhi Sunni.

32. contoh relativisme Syiah adalah, kampanye Sunnah-Syiah sama saja. Sama Tuhan dan Nabinya. Ini mencontek kaum liberal.

33. Filsafatnya orang Syiah ternyata juga berujung pluralisme dan pantaeisme. FiIsalafatnya mengadopsi paripatetik.

34. Demikianlah fakta-fakta Syiah. Jika muslim anti liberal maka seharusnya juga anti Syiah. Mereka sama-sama ideologi perusak Islam.

35. Semoga kita dan keluarga kita dilindungi dari makar Syiah dan Liberal.

Jumat, 12 Desember 2014

Waspadai Pergerakan Syi'ah !

Saluran Syiah Di Indonesia !
Mohon disebarkan supaya yang lain tidak ditipu oleh SYIAH !
#Syi'ah_bukan_Islam !

- Berhati hati dgn penyebaran syi'ah di Indonesia.
Berikut diantara nya nama nama Yayasan Syi'ah di Indonesia :
1. Fatimah di Jakarta
2. Al-Muntazar di Jakarta
3. Mula Shadra di Bogor
4. YAPI di Bangil Jatim
5. Al-Itrah di Jember Jatim
6. Rausyan Fikr di Jogja
7. Muthahhari di Bandung
8. Madinatul Ilmi di Depok
9. Al-Muhibbin di Probolinggo
10. Insan Citra Perkasa di Jakarta
11. Al-Mahdi di Jakarta
12. Al-Bara'ah di Tasikmalaya
13. Al-Mukarramah di Bandung
14. Al-Mujtaba di Purwakarta
15. Darut-Taqrib di Jepara
16. Al-Amin di Semarang
17. Al-Wahdah di Solo
18. Al-Mawaddah di Kendal
19. Ja'far Shadiq di Bondowoso
20. Ilyasin di Surabaya
21. YAPISMA di Malang
22. Al-Hujjah di Jember
23. Al-Kisa di Bali
24. Al-Islah di Makassar
25. Pinisi di Makassar
26. Nur Ats-Tsaqalain di Sulsel
27. Sibtain di Riau
28. Al-Hakim di Lampung
29. Pintu Ilmu di Palembang
30. Ulul Albab di Aceh
31. Pesantren Al-Hadi di Pekalongan
32. Madrasah Nurul Iman di Sorong Irian
33. Radio Rasil.


Penerbit Syiah di Indonesia :
1. Lentera
2. Hidayah
3. Mizan
4. YAPI Jakarta
5. Al-Hadi,
6. Radio rasil


Penulis Syiah di Indonesia :
1. Alwi Husain
2. Djalaludin Rakhmat
3. Muhammad Taqi Misbah
4. Muhsin Labib
5. Husan Al-Kaff
6. Sulaiman Marzuki Ridwan
7. Dimitri Mahayana
8. Husein bin hamid Rasil


Persatuan Syiah :
1. IJABI ikatan jama'ah ahlul bait
2. IPABI ikatan pemuda ahlul bait
3. HPI himpunan pelajar indonesia di Iran


Mohon disebarkan jika kita tak ingin keluarga kita terjerat dlm aliran sesat syi'ah..
Dari al ustadz Ali Nurdin

~MENGOBATI PENYAKIT HATI~

"Ingatlah! Sesungguhnya didalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jikalau ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya, tidak lain dan tidak bukan itulah yang dikatakan hati " (HR. Muttafaq'alaih)

1. Kategori Hati
Islam membagi hati itu menjadi tiga bagian yaitu:
‪#‎Pertama‬ , hati yang bersih. Yaitu hati yang senantiasa mengingat Allah Subhanahu Wata'ala . Ketika mendengar ayat-ayat Allah bergetar dan semakin bertambah keimanannya. Hati yang bersih menempatkan cintanya hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala semata. Ia rela membela atau melakukan apa saja yang diperintahkan Allah Subhanahu Wata'ala . Sehingga senantiasa rindu akan perintah-Nya. Hati yang bersih akan kikir terhadap waktu; ia akan merasa bersalah dan bersedih jika suatu waktu dirinya lupa atau lalai tidak memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Ia akan merasa sayang jika waktunya terbuang percuma hanya untuk nongkrong, ngobrol tak karuan, nonton tv, melamun atau tidur tanpa kenal waktu.
‪#‎Kedua‬ , hati yang mati. Yaitu hati yang keras laksana batu granit. Jauh dari hidayah dan sulit menerima kebenaran. Nasehat yang diberikan ibarat angin lalu bahkan dianggapnya merendahkan derajatnya. Ia egois, tidak mau menerima kritik dari orang lain. Emosional, jika pendapatnya ada yang membantah. Picik, merasa diri paling benar. Allah Subhanahu Wata'ala menggambarkan:
"Mereka tuli, bisu, buta, maka tidaklah mereka kembali ke jalan benar." (QS. Al Baqarah ayat 18).
"Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka apakah kamu beri peringatan atau tidak, mereka tetap tidak akan beriman. Allah telah mematikan hati mereka, pendengaran mereka dan penglihatan mereka. Bahkan semuanya benar-benar tertutup." (Al-Baqarah: 6- 7).
Mereka yang termasuk kelompok ini adalah para pemimpin dhalim, Yahudi, Nasrani dan mereka yang berkecimpung dalam dunia kemaksiatan yang menghalang-halangi cahaya Allah.
‪#‎Ketiga‬ , Hati yang sakit. Yaitu hati yang senantiasa gundah gulana, ragu dan tidak pernah merasakan nikmatnya iman dan Islam. Ibarat orang yang kehausan di padang pasir, ketika akan minum, ia tak mampu menelan air karena tenggorokannya sakit.
Orang yang hatinya sakit, memandang dosa besar seperti debu yang beterbangan, kecil dan tanpa beban. Padahal seorang muslim tulen, memandang dosanya seperti duduk di bawah gunung, ia begitu takut jika gunung itu runtuh dan menimpanya. Semantara orang yang sakit hatinya akan secepat kilat melupakan dosa-dosa yang diperbuatnya dan tidak pernah berhenti melanggar aturan Allah Subhanahu Wata'ala .
Orang yang sakit hatinya tetap gundah gulana ketika lantunan ayat suci al-Quran dibacakan. Ia tidak menikmati bacaan itu sebagai kalam ilahi. Jangankan bergetar, mendengarnya pun tidak membikin ia betah. Hal ini disebabkan dalam hatinya ada penyakit ujub, riya dan takabur sehingga tidak merasakan kehadiran Allah dalam setiap jengkal hidupnya.
Orang yang sakit hatinya jika mendapatkan suatu permasalahan akan menemukan pemecahan selain kitab Allah Subhanahu Wata'ala . Ia akan memutuskan sesuai selera nafsu atau keinginan pemimpinnya yang dlolim. Ia memang mengakui Islam, tapi begitu takut dengan hukum Islam (Islam phobi). Mereka lebih menjunjung tinggi dan menyanjung-nyanjung rekonsiliasi dengan iblis dari pada dengan sesama muslim yang jelas saudaranya sendiri.
Mereka yang termasuk kelompok ini adalah segolongan kaum muslimin yang hidup ditengah era globalisasi. Kehidupan yang telah diracuni sekularisme, hedoisme, palagisme, Yahudiisme bahkan komunisme. Mereka dengan menegakkan syiar Islam dengan dalih rekonsiliasi, toleransi, dan saling menghargai. Mereka menebar "penyakit hati" di masyarakat sehingga mayoritas umat Islam hatinya berpenyakit.

2. Sumber Penyakit Hati
Berdasarkan keterangan baik dari Al-Quran dan As-Sunah, sumber penyakit hati adalah:
#Pertama , lemahnya akhlak. Ia sering meremehkan dosa kecil sehingga lambat laun tidak menyesal lagi melakukan dosa tersebut. Dalam perkembangan berikutnya tidak merasa dosa lagi ketika melakukan dosa besar.
#Kedua, tidak adanya kehati-hatian (ihtiyat) . Maksudnya selalu memandang remeh barang subhat. Padahal barang subhat lebih dekat ke haram (HR. Bukhori). Ia memandang barang subhat itu sama dengan barang halal.
#Ketiga , terlena dengan kehidupan dunia. Dunia ini fana namun begitu banyak orang yang merasa akan hidup selamanya. Sehingga apa yang ia perhitungkan dari untung dan rugi berdasarkan ukuran keduniaan, bukan keuntungan atau kerugian untuk akhirat kelak.
‪#‎Keempat‬, takut sengsara. Ketakutan pada yang satu ini sangat dominan dan Islam pun memahaminya. Namun ketakutan yang berlebihan bisa menjerumuskan orang pada kehidupan yang menghalalkan segala cara. Takut sengsara menyebabkan seseorang berani korupsi dan kulosi.
‪#‎Kelima‬ , kepekaan yang berlebihan (perasa). Seseorang yang terlalu perasa akan mudah tersinggung dan marah serta akan mudah berburuk sangka.Kondisi hati seperti itu akan sangat mudah dihinggapi syetan. Akibatnya emosi tak terkendali terjadilah pembunuhan atau tindakan yang menyakiti orang lain.
Keenam, Menyia-nyiakan waktu. Seseorang yang menyia-nyiakan waktu berarti telah mengorbankan berbagai kepentingan untuk bekal di akherat nanti. Ia berpikir bahwa "nanti" masih ada kesempatan, kemudian "nanti dan nanti lagi" sampai ajal menjemput. Makanya Rasulullah mengigatkan mengingatkan dalam riwayat Bukhari
Dari Ibnu 'Umar. la berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pegang dua bahu saya, lalu ia bersabda: ,, Beradalah di dunia seolah-olah engkau orang asing atau musafir "; dan adalah Ibnu 'Umar berkata: Ketika engkau masuk pada waktu sore, maka janganlah engkau tunggu waqtu pagi; dan apabila engkau masuk pada waqtu shubuh, maka ja nganlah engkau tunggu waqtu petang, tetapi ambillah (kesempatan) dari shihatmu untuk (saat) sakitmu, dan dari hidup-mu untuk matimu ".
‪#‎Mengobati‬ Sakit Hati
Orang mati tidak mungkin kembali lagi kedunia begitu pula hati yang telah mati akan mustahil dihidupkan kecuali dengan izin dari Allah Subhanahu wata'ala. Adapun hati yang sakit akan mudah disembuhkan jika ia berusaha menemukan obatnya. Adapun cara mengobati hati yang sakit adalah:
#Pertama, Qiyamul lail (shalat malam). Qiyamul lail adalah di antara praktek sunat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kaistimewaan tersendiri. Qiyamul lail , merupakan bukti penghambaan murni seorang makhluk kepada Khaliknya. Saat malam sepi, hanya dia dan kehadiran Allah Subhanahu wata’ala . Allah Subhanahu wata'ala pun menjanjikan jalan kaluar yang mudah dalam segala urusan jika rajin mendirikan Qiyamul lail . Seseorang yang rajin mendekatkan diri seperti ini jelas akan terhindar dari berbagai penyakit hati.
#Kedua, membaca al-Quran. Seseorang yang rajin membaca al-Quran akan mendapatkan banyak hikmah, diantaranya ketentraman jiwa disamping pahala yang besar. Al-Quran sendiri merupakan syifaun atau obat bagi segala penyakit hati.
#Ketiga , dzikrullah atau selalu mengingat Allah Subhanahu wata’ala . Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa seorang tidak akan mungkin mencuri di saat ingat Allah Subhanahu wata'ala . Hal ini berarti, dzikir kepada Allah Subhanahu wata'ala adalah benteng yang akan menjaga hati kita dari bisikan syetan. Al-Quran sendiri menjelaskan bahwa syetan tidak akan menggoda pada hamba yang mukhlis (bersih, damai). Dzikir yang dimaksud di sini cakupannya sangat luas, bisa berarti lisan bisa juga perbuatan. Dengan lisan yaitu senantiasa melafalkan kalimat toyibah atau kata-kata yang baik seperti subhanallah, alhamdulillah, astagfirullah, dll. Dengan perbuatan misalnya selalu terdorong untuk menolong orang lain, menyingkirkan duri di jalanan, menjaga kebersihan, dll.
#Keempat , memperbanyak amalan sunnah. Semakin banyak amalan sunnah yang dilakukan berarti memberikan nilai tambah. Dengan memperbanyak amalan sunnah berarti lebih memadatkan waktu kita dengan praktek yang diridlai Allah Subhanahu wata'ala . Pahala amalan sunnat juga dapat mengimbangi dosa-dosa kita.
#Kelima , sabar. Sabar bukanlah bertopang dagu dengan menyerahkan segalanya pada nasib. Sabar adalah berjuang, bekerja keras tanpa henti dan tanpa putus asa sambil tetap bertawakal kepada Allah Subhanahu wata'ala . Meraka yang sabar akan berani hidup di jalan Allah Subhanahu wata'ala apapun kendalanya, prinsipnya, hidup mulia atau mati syahid ('isy Kariman aomut syahidan) . Seseorang yang sabar, tetap hidup sejahtera lahir bathin sekalipun krisis terus mendera karena katekunan yang dimiliki orang sabar akan mengirimkannya pada kahidupan yang layak.
"Sungguh bahagia orang yang selalu mensucikan jiwanya dan celakalah orang yang selalu mengotori jiwanya. (QS. Asy-Syams).
Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa melindungi hati kita dari berbagai virus modern yang mencemari hati kita. Kepada Allah kita bertawakal dan hanya kepadanya kita kembali.
Wallahu a'lam Bishawab.