Thoghut pada dasarnya telah ada sejak manusia itu ada, saat Iblis
menolak perintah Allah untuk sujud kepada Adam dan menyatakan untuk membawa
anak cucu Adam kedalam posisinya sebagai penolak perintah Allah maka dirinya
telah menjadi Thoghut. Dan Qobil putra Adam adalah sosok manusia pertama yang
mengikuti ajakan tersebut. Setelah itu maka dengan sendirinya terciptalah dua
kepemimpinan di muka bumi ini, satu pihak dibawah kepemimpinan Allah yang
diwakili oleh sosok Khalifah hamba Allah yang loyal (bukan khalifah sebagai
jabatan) sebagai wakil kepemimpinan Allah, yang kedua adalah kepemimpinan
Thaghut yang diwakili oleh manusia dzalim yang loyalitasnya tidak sepenuhnya
kepada Allah, bahkan sebagian diantaranya sama sekali menolak eksistensi Allah
dalam kepemimpinannya. Allah menyatakan mereka itu adalah orang-orang yang
melampaui batas, yaitu melampaui batas eksistensinya sebagai hamba Allah
menjadi tandingan Allah dalam kepemimpinannya di muka bumi. Mereka (seluruh
manusia) yang diciptakan oleh Allah sebagai Khalifatul fil Ard mempunyai
kemampuan untuk menjalankan kepemimpinannya, karena memang Allah memberikan
naluri tersebut kepada seluruh manusia yang diciptakanNya. Mereka mampu
membangun peradaban, sistem sosial, kekuatan politik, sistem hukum, bahkan
rekayasa ideologi maupun agama. Mereka adalah keturunan Adam makhluk terhebat
yang pernah diciptakan Allah hingga makluk lainnya harus sujud dihadapannya,
mereka mewarisi ilmu Adam dimana para malaikatpun harus mengakuinya. Yang
membedakan antara seorang Khalifah dengan Thoghut hanyalah tentang Mono
Loyalitas.
Loyalitas penuh kepada Allah hanya dimiliki oleh seorang Khalifah
Allah, sedangkan Thaghut menolaknya. Thaghut menolak dalam kepemimpinannya
muncul eksistensi Allah secara penuh, atau menolaknya sama sekali. Ketika
keturunan Adam semakin banyak dan meluas dengan berbagai karakter sosial yang
berbeda hingga membentuk sebuah tatanan baru yang lebih komplek dengan berbagai
peradaban yang ditimbulkannya maka Thoghut pun mengkloning dirinya dalam 3
karakteristik kepemimpinan yang berbeda meski tetap dalam satu sistem kerjasama
yang apik antara ketiganya.
Satu sama lainnya saling
membutuhkan dan saling mempengaruhi dalam kejahatannya secara ideologis. Mereka
tidak mungkin bisa dipisahkan karena demi mempertahankan posisinya
masing-masing. 3 karakter Thoghut ini akan selalu ada dimanapun dalam sebuah
tatanan sosial politik suatu kelompok/kaum/suku/bangsa/negara, yang tidak
menggariskan dirinya pada tatanan yang digariskan oleh Allah SWT. Mereka akan
selalu berkolaborasi dalam membodohi rakyatnya demi eksistensi diri mereka yang
berdasarkan nafsu keserakahan dan kesombongan yang sudah menguasainya dalam
dirinya maupun sistem yang diciptakannya. Mereka membungkus kekuasaanya dengan
gemerlap dunia dan mimpi-mimpi nikmatnya dunia melalui retorika-retorika yang
menina bobokan para pengikut setianya. Seringkali pengikut setianya itu menjadi
bodoh (tidak mampu melihat realita kedzaliman mereka) dikarenakan tujuan mereka
pada dasarnya sama (dengan Thoghut). Mereka sama-sama penikmat dunia
berdasarkan hawa nafsu dan kesombongannya. Diantara pengikutnya ada yang
mengikuti bukan hanya karena loyalitas dan kecintaanya pada Thoghut, tapi
karena rasa takutnya terhadap kedzaliman yang ditebarkan (meski kadang baru
sebatas ancaman), dimana rasa takutnya itu melebihi takutnya kepada Allah Sang
Khaliq. Dan ketakutannya itu menutup mata mereka, telinga mereka, hati mereka,
terhadap kebenaran. Mereka terpuaskan dengan setetes "keadilan dan kebebasan"
yang hampa meski harus mengorbankan samudra kebenaran (dimana keadilan dan
kebebasan yang hakiki seharusnya mereka terima).
Mereka adalah orang lemah yang paling menyesal di yaumil akhir,
karena mengetahui kebenaran tapi tidak mengikutinya, mengetahui kedzaliman tapi
tidak menolaknya, mengetahui kesesatan tapi diam, menunduk untuk tidak
melihatnya, menoleh karena tidak sesuai dengan hati nuraninya, tapi karena
dibiarkan dirinya disebabkan ketakutannya itu akhirnya teraihlah mereka oleh
kesesatan yang didiamkannya, sehingga terjerumuslah mereka secara tidak sengaja
dalam kesesatannya itu, dan akhirnya mereka menikmatinya (dalam penindasannya).
Jadi pada dasarnya tetap sama, apakah disebabkan karena diawali keterpaksaan
ataupun karena kecintaan atau mungkin karena kebodohan semuanya
sama, sepanjang mereka mengikuti Thoghut tanpa penderitaan dan penyesalan yang
sangat didalam hatinya, maka mereka adalah Para Pengikut Thoghut. 3 Karakter
Thoghut ini akan selalu ada di setiap masa, di setiap kaum, di setiap struktur,
di setiap negara dan kerajaan, sepanjang sistem kepemimpinan tidak dijalankan
oleh syariat-syariat Allah SWT. Dan Al Qur'an pun mengabadikannya, sejarah
telah mencatatnya, dan hasil kedzaliman serta peradaban yang dibangun tidak
lekang oleh waktu, artefak bahkan bangunan-bangunan pun tidak dimusnahkan oleh
Allah, untuk menjadi bahan pelajaran dan peringatan bagi kita dan generasi
mendatang.
[1320] Maksudnya: bangunan, alat perlengkapan, benteng-benteng dan istana-istana. Mereka adalah Trilogi Kepemimpinan yang berbeda karakter tapi dalam satu sistem yang sama, sistem yang menolak eksistensi Allah dalam proses kepemimpinannya. Meskipun ketiganya selalu mencoba untuk saling mendominasi, terlihat seperti saling bertentangan, akan tetapi ketika berhadapan dengan eksistensi Allah, mereka seperti satu kesatuan yang bersenyawa, karena mereka pada dasarnya sama-sama memahami bahwa hanya Allah lah yang akan menghancurkan eksistensi mereka dalam kekuasaannya. Dan mereka adalah.
Fir'aun dan Haman.
Fir'aun menjadi Thoghut dengan strata di puncak sistem, dia adalah Raja, Kaisar, Presiden, Tzar, Sultan, Amir, Kepala Suku, dan berbagai sebutan lainnya di dunia. Pemegang Kekuasaan tertinggi, mereka adalah pemimpin dari rakyatnya, dia yang paling bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya, yang menguasai dan menjalankan sistem yang sudah ditetapkan, mempunyai hak memerintah dan rakyatnya wajib mengikutinya. Dan Haman adalah tangan kanan dari Fir'aun, mereka adalah perpanjangan kekuasaan dari Fir'aun, Fir'aun tanpa Haman tidaklah mungkin menjadi penguasa atau mampu menjalankan kekuasaannya, mereka adalah pembantu setia yang siap mengejawantahkan setiap perintah Fir'aun. Mereka adalah Teknokrat, Mentri, Penasehat, Para Birokrat, Komandan Perang dan Kepolisian, Staff Ahli, dan berbagai sebutan lainnya. Fir'aun dan Haman adalah simbol kekuasaan sesungguhnya, keduanya berada dalam sistem yang sama dalam politik, mereka satu kesatuan dalam memerintah negaranya, dan Kedzaliman mereka adalah yang paling dirasakan oleh rakyat, Al Qur'an pun mengabadikannya :
Surah (28) Al-Qashash ayat: 6 dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan itu.
Fir'aun selalu khawatir bahwa kerajaannya akan dihancurkan oleh Bani Israil karena itu dia membunuh anak-anak laki-laki yang lahir dalam kalangan Bani Israil. Ayat ini menyatakan bahwa akan terjadi apa yang dikhawatirkannya itu.
Bal'am. Siapakah Bal'am? Bal'am yang nama lengkapnya adalah Bal’am bin Bau’rah, seorang "ulama" besar Bani Isra’il. Sebagai tokoh agama Bal’am memiliki ilmu yang luas dan dalam. Ia menjadi rujukan atas segala persoalan yang dihadapi ummat masa itu. Kesalehannya membuat seluruh do’anya didengar dan dikabulkan Allah. Ia juga memiliki pengikut dan murid-murid yang sangat banyak. Namanya masyhur diseluruh Mesir. Bal’am adalah sosok agamawan yang sangat ideal, memiliki integritas, bersih dan karena itu fatwanya selalu didengar. Disebabkan karena kepopulerannya sebagai "ulama", Fir'aun bermaksud memanfa’atkannya. Bal’am diminta sang penguasa untuk mendo’akan Nabi Musa AS dan para pengikutnya agar mendapat kecelakaan. Sebagai imbalannya, Bal’am akan diberi harta yang berlimpah dan kedudukan yang tinggi.
Para ahli sejarah menyebutkan, ternyata Bal’am jatuh pada kesesatan karena silau akan kilatan dunia. Bal’am seorang alim yang selalu membersihkan diri (tazkiyah al-nafs) akhirnya terjerumus ke dalam lembah kehinaan. Al Qur'an pun mengabadikannya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” [QS. Al-A’raf [7]: 175-176].
Bal'am yang seorang ulama (dari Bani Israil pula) mulai terusik ketika mimpi Fir'aun tentang akan datangnya Musa sebagai pengganggu kekuasaannya, sebagian dari ahli sejarah menyatakan bahwa Bal'am pulalah yang menta'wilkan mimpi Fir'aun, keterusikan Bal'am pada dasarnya adalah sama dengan Fir'aun, bahwa akan ada dari golongannya yang akan mengusik eksistensi dia sebagai ulama, pemimpin umat yang fatwanya selalu diikuti. Akan ada yang mengusik Fir'aun maka terusik pula kelancaran fasilitas yang diberikan Fir'aun untuknya. Perlu di ingat, sejak jaman Nabi Yusuf AS kedudukan Bani Israil di Mesir ditempatkan khusus oleh Fir'aun, dalam perkembangannya Bani Israil mendominasi kehidupan sosial di Mesir. Sehingga Fir'aun menjadikan Ulama Bani Israil selalu menjadi penasihat khusus termasuk meminta fatwa-fatwa yang pada akhirnya wajib diikuti oleh kalangan Bani Israil dan rakyat Mesir pada umumnya. Dan pada Akhirnya kedudukan khusus ini menjadi petaka bagi umat, ketika Fir'aun menghendaki kedzaliman maka sang pembuat fatwa wajib mengikutinya meski harus merubah ketetapan yang ditetapkan oleh Allah sebagai dasar pembuatan fatwa. Atau Fatwa yang muncul haruslah fatwa yang tidak menggoyahkan eksistensi kekuasaan. Sehingga selain merubah syariat, maka syariat yang haq dikuburkan sedalam-dalamnya kedalam kegelapan. Dalam struktur politik modern, Bal'am menjadi simbol bukan hanya bagi Ulama dan Mufti(Pembuat Fatwa Agama, bagi negara yang memisahkan agama dan politik), tapi termasuk struktur politik legislatif dan yudikatif, yang didalamnya diantaranya adalah Mahkamah/Kehakiman, Dewan, Senator, karena mereka adalah pembuat undang-undang, peraturan politik, dan para penjaga undang-undang bagi siapapun yang melanggar. Mereka di garis depan dalam membentuk sistem kekuasaan dan menjaganya agar penguasa Fir'aun langgeng berkuasa dalam kedzaliman. Dan berusaha agar rakyat yang dzalim tetap menikmati kedzalimannya.
Qorun. Qorun ialah seorang penguasa informal, berkuasa karena kekayaannya. Menjadi Thoghut karena rela melakukan apa saja agar kekayaanya tetap terjaga, dan kedzalimannya terhadap rakyat yang diperas tenaga dan hartanya tidak diusik oleh siapapun, termasuk penguasa dan ulama. Dengan hartanya mereka menjadi penopang utama kekuasaan Fir'aun, dan dengan hartanya pula Bal'am tidak berani mengeluarkan fatwa dan undang-undang yang menghancurkan bisnis-bisnis haram yang didirikannya. Qorun adalah para konglomerat yang menggurita bisnisnya hingga rakyat nyaris tidak mampu hidup kecuali harus menopang dirinya terhadap mereka. Fir'aun tidak perduli dengan kondisi ini sepanjang aliran dana mengalir deras kedalam sistem kekuasaannya. Pelanggaran Syariat bagi Qorun bukanlah hal yang luar biasa, ketika kebenaran datang kepadanya dan akan merusak tatanan bisnis yang dibangunnya, serta merta Qorun akan mendustakannya, dengan bantuan Fir'aun sang penguasa, dan Bal'am sang pembuat Fatwa, kebenaran syariat Allah menjadi kalimat-kalimat yang tak bermakna, pembawa syariatnyapun seolah menjadi para pendusta.
Surah (29) Al-'Ankabuut ayat: 39 dan (juga) Qorun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). .
Surah (40) Al-Mu'min ayat: 24 kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta". Trilogi Thoghut (Firaun+Haman - Bal'am - Qorun) ini berada di hadapan kita, Eksistensi mereka akan selalu dominan sepanjang rakyat mengikutinya, dengan iklas maupun terpaksa. Mereka adalah Andad (Tandingan) Allah karena eksistensinya menolak keberadaan Allah sebagai Penguasa Bumi melalui syariat-syariat yang dibawakan oleh para utusannya. Dan para pengikutnya menjadi satu paket dengan yang diikutinya, mereka menolak eksistensi kekuasaan Allah dalam sistem kehidupannya.
Surah (2) Al-Baqarah ayat: 165-167 Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. Dan hanya orang-orang yang benar dalam keimanannya yang menolak eksistensi Thoghut, karena bagi mereka Allah lah sebenar-benarnya pemimpin, dan hanya syariat-syariatNyalah yang benar dan wajib diikutinya.
Al Baqarah:256-257 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah Thoghut, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Para Hamba Allah ini bukan hanya menolak Thoghut, tapi juga memeranginya. Begitu pula Thoghut dan hamba-hambanya, bukan hanya menolak eksistensi kekuasaan Allah, tapi juga memerangi para pengikutNya.
An Nisa:76. Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. Bagi para Thoghut, hamba Allah yang seperti inilah musuh yang nyata bagi mereka, Thoghut sangat hawatir terhadapnya karena mereka (Hamba Allah) tidak akan berhenti memerangi hingga Thoghut bersama sistem yang dibuatnya hancur dan berhenti membuat fitnah.
Al Baqoroh:193. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Al Anfal:39 Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah [611] dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah [612]. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
[611] Maksudnya: gangguan-gangguan terhadap umat Islam dan agama Islam. Dan jalannya Syariat Allah secara menyeluruh [612] Maksudnya: Menurut An-Nasafi dan Al-Maraghi, tegaknya agama Islam dan sirnanya agama-agama yang batil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar