bintang

Minggu, 21 Juni 2015

Cacing Militan



Ada kisah yg sgt menarik..
Berawal pada saat itu, beliau adalah seorang guru dikampusku..
Namun aku tak akan  panjang lebar mendeskripsikan tentang dia.. hanya saja, setiap kali bertemu denganku, dia mnanyakan "siapa kamu sebenarnya?"
dan dia terus menyarankan: "Jadilah seperti cacing militan yg berani melewati batu besar melalui celah-celah lubang disekitar batu dengan kecerdasannya memanfaatkan tubuhnya yg licin dan lentur."

aku masih diam mendengarkan dan akhirnya diapun melanjutkan: "Dan tujuan cacing militan itu untuk hidup, bukan untuk mati !"
kalimat itu sontak mengagetkanku..
entah sejak kapan dan tanpa ku sadari semua orang dikampus itu telah mnganggp aku sbg orang radikal yg brcita2 utk mati..

Sayang kalian menilaiku salah dan sayang argumen kalian salah !!!
Ya, aku memiliki cita2 utk mati, namun bukan mati dgn percuma ! aku brcita2 mnjd syahadah, gugur dijalan Allah krn mmbela dien inii..
ingatlah ayat Allah ini :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka”. (At Taubáh: 111)

SEBENARNYA TUJUAN  KU juga untuk hidup, kehidupan yg abadi di akherat nanti.. aku jg mmiliki tujuan untuk hidup mulia diatas dunia, dan kemuliaan itu ialah ISLAM.. lantas disaat org2 kuffar menyerang ummat muslim dn dien ini apkh sikap seorang mukmin hny berdiam diri?

Tidak mungkin kehinaan yang menyelubungi ummat ini dapat di lenyapkan selain dengan mengangkat panji jihad dan memohon kemenangan dari Allaah.
Dien ini tidak akan menumbuhkan batang pohonnya di atas tanah sebelum ummat menyiraminya dengan darah sebagaimana orang-orang terdahulu menyiraminy. Dan tidak mungkin tegak apa-apa yang tegak pada generasi pendahulu sebelum berkorban sebagaimana mereka berkorban.

***
Namun (kata2 bold diatas) hanyalah gerutu dalam hati yang tidak bisa aku lontarkan.. Ya Allah,, aku benar2 benci situasi sprti itu, saat dimana aku tidak bisa untuk langsung menyanggah apa yg telah dilontarkan ole para guru.. aku hanya bisa diam..
aku tidak bisa memaksa untuk orang mau mengerti apa yang aku ketahui..
disaat itulah mungkin bungkam menjadi jawaban yang tepat..walau itu menandakan btapa lemahnya imanku krn untuk menolaknya dgn lisan pun aku tak mampu.. semoga ini segera berakhir..
aku harus bersabar hingga wktunya tiba.. "aku bisa bebas dari kampus itu dan segera memberikan gelar sarjana kepada orangtuaku."

~the end~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar