Subhanallah wal hamdulillah..
Betapa nikmatnya manakala kita mampu istiqomah berinteraksi dengan Al Qu'ran.
Nikmat membaca kalam - kalam NYA, nikmatnya merasakan seakan-akan kita
berbicara dengan NYA, nikmat merasakan Al Qur'an mampu memberikan ruh dan
petunjuk dalam tiap langkah kehidupan kita, nikmatnya Al Qur'an menjadi
petunjuk pembeda antara yang haq dan yang batil, serta nikmat syafaat kelak
bagi sesiapa yang ikhlas senantiasa membaca & bersahabat dengan AL Qur'an.
(Insya Allah)
Adakah perasaan iri (ghibthah) dalam diri kita ketika melihat saudara kita
memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al-Qur’an yang lebih baik?
Ataukah hanya iri dan menginginkan sesuatu yang terkait dengan harta yang
dimiliki saudara kita, tapi untuk Al-Qur’an hati kita adem ayem saja?
Rasulullah Saw menjanjikan bahwa setiap orang beriman yang bersahabat akrab
dengan Al-Qur’an dijamin akan mendapat syafa’at dari Al-Qur’an:
“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi
pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya.” (HR. Muslim).
Kualitas iman kita diukur dengan sejauh mana kualitas dan kuantitas
interaksi kita dengan Al-Qur’an.
Apakah kita masa bodoh dan tidak merasa sedih jika dalam sebulan tidak khatam
Al-Qur’an?
Adakah perasaan sedih jika kita tidak punya hafalan ayat-ayat Al-Qur’an?
Sedihkah kita karena awam dengan kandungan dan makna Al-Qur’an?
Jika belum, dikhawatirkan bahwa kitalah yang disebut Rasulullah yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai mahjuran. “Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
telah menjadikan Al-Qur’an itu sesuatu yang diabaikan.’ “ (QS Al-Furqan
[25]:30)
Pernahkah kita menghitung tentang berapa banyak informasi tentang hal-hal
yang bersifat duniawi yang ada di kepala kita dibandingkan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan Al-Qur’an?
Jika tentang Al-Qur’an lebih banyak maka bersyukurlah, jika tidak maka
bertaubatlah kepada Allah Swt dan segera upayakan untuk kembali kepada
Al-Qur’an agar tidak dikecam Allah Swt:
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang tentang
(kehidupan) akhirat mereka lalai.”
Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya
akan diberikan kepada orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahanya lebih
indah daripada cahaya matahari. Kedua orang tua itu akan berkata, ‘Mengapa kami
diberi ini?’ Maka dijawab, ‘Karena anakmu yang telah mempelajari Al-Qur’an’ “
(HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim)
Isi Al-Qur’an sesungguhnya menjelaskan bagaimana semua urusan dunia itu bisa
mengantarkan manusia kepada suksesnya urusan akhirat. Kita, memang tidak ingin
menjadi orang yang dekat dengan Al-Qur’an hanya secara huruf-hurufnya saja
tetapi jauh dari ruh Al-Qur’an itu sendiri, Insya Allah.
Wahai jiwa, tidakkah kamu merasa khawatir dengan dirimu sendiri? Selama ini
hidup tanpa al-Qur’an, jatah usia makin sedikit, tabungan amal shalih masih
sedikit, jaminan masuk surga tak ada di tangan. Sampai saat ini belum mampu
tilawah rutin satu juz per hari, jangan-jangan Al-Qur’anlah yang tidak mau
bersama dirimu karena begitu kotornya dirimu sehingga Al-Qur’an selalu menjauh
dari dirimu.
Semoga Allah memberi kemampuan bagi kita semua menjadi pencinta Al-Quran.
Aamiin yaa Robbal Alamiin.
Salam FULL Semangat ...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar